Persiapan Brazil, Puteri Lingkungan Hidup 2009 Malang Raya Cherissa Tampilkan Program Lingkungan Berkelanjutan

Surabaya- Bagi Puteri Lingkungan Hidup 2009 Malang Raya Cherissa Wahyu Pramais, bepergian ke luar negeri adalah impiannya. Apalagi kesempatan pergi ke luar negeri kali pertamanya itu mewakili negara Indonesia pada International Children And Youth Conference on the Environment Brazil 2010. Tidak tanggung-tanggung, negara pertama yang akan dikunjunginya adalah negara di benua lain, yaitu Amerika. Tepatnya di Amerika Selatan, negara Brazil, yang harus ditempuh dengan pesawat terbang selama lebih dari 24 jam. Berbagai persiapan terus dilakukan, terlebih tentang program-program lingkungan hidup yang akan didiskusikan dengan anak-anak perwakilan negara lainnya.

Berbagi pengalaman selama mengikuti kegiatan Children Conference on Climate Change (CCCC) 2007 berskala internasional di Surabaya akan menjadi bahan utama yang akan dibagikan kepada para peserta konferensi internasional di Brazil itu. Kebetulan pada saat CCCC digelar di Surabaya, Cherissa menjadi salah satu pesertanya. Pada saat mengikuti CCCC yang diikuti 8 negara lain itu, Cherissa mewakili sekolahnya, yaitu SDN Kauman 1 Kota Malang. “Deklarasi Surabaya dihasilkan padaChildren Conference on Climate Change itu. Ini diantara yang akan saya tunjukkan ratusan anak-anak dari 60 negara yang akan berkumpul di Brazil,” kata Cherissa yang sangat bangga terpilih menjadi Puteri Lingkungan Hidup 2009 Malang Raya yang diselenggarakan Tunas Hijau.

“Saya juga akan cerita tentang kegiatan saya dengan paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup Malang raya dan Surabaya. Mulai dari yang mengadakan workshop ke sekolah-sekolah, observasi kondisi sungai, tanam pohon dan penyuluhan kepada warga. Termasuk juga program untuk mengapresiasi kearifan lokal budaya tradisional kita. Tentunya kegiatan-kegiatan lingkungan hidup lainnya juga,” ujar Cherissa, siswa SMP Negeri 3 Kota Malang. Yang jelas semua kegiatan lingkungan hidup itu mencerminkan bahwa anak-anak tidak lagi hanya bisa dijadikan obyek dari perubahan. “Anak-anak bisa menjadi subyek atau agen dari perubahan lingkungan hidup,” ungkap Puteri Lingkungan Hidup Malang Raya Cherissa Wahyu Pramais.

Dia juga akan menampilkan alat musik khas dari Indonesia, yaitu alat musik angklung. Alat musik angklung sengaja dibawa dengan alasan mudah dan praktis membawanya. “Alat musik angklung ini akan saya gunakan sebagai peraga saat presentasi tentang budaya Indonesia yang sangat beragam. Biar semua peserta dari negara lainnya mengetahui keberagaman budaya Indonesia dengan belasan ribu pulau,” kata Cherissa yang akan berangkat ke Brazil Rabu (3/6) didampingi aktivis senior Tunas Hijau Nizam Wahyu Ardhika.

Pada konferensi di Brazil itu, seluruh peserta akan diajak belajar tentang beberapa topik lingkungan hidup, seperti air, udara, hutan dan beberapa topik yang lain. Setiap peserta akan mendapatkan satu tema workshop secara berkelanjutan. Hasil workshop tersebut akan mereka pamerkan pada hari terakhir. Selain itu, para delegasi juga diajak melakukan eco tourism atau wisata bernuansa lingkungan hidup di beberapa tempat di negara yang sudah lima kali menjadi Juara Piala Dunia itu. (nizam/roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *