SMPN 26 Terus Bergiat Menjadi Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup

Surabaya- Adinda, siswa kelas 7A SMP Negeri 26 Surabaya mengusulkan gerakan membawa tas belanja dari kain atau tas sekolah bagi warga sekolah saat berbelanja. Usulan Adinda ini disampaikan di depan 40-an siswa sekolahnya yang mengikuti pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Selasa (15/6). “Penggunaan kantong plastik yang cenderung sekali pakai dan menjadi menjadi sampah seharusnya dikurangi dengan membawa tas belanja sendiri yang lebih awet. Bila ini menjadi gerakan pasti akan mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan,” usul Adinda.

Berbeda dengan usul Adinda, Fitria, siswa kelas 8D, mengusulkan ada peraturan yang mengharuskan seluruh warga sekolah melepas sepatu ketika masuk kamar mandi untuk mengurangi pemakaian air yang berlebihan. Sementara itu, Fahrul, siswa kelas 8H, mengusulkan program 5 menit bersih-bersih sampah sebelum jam pelajaran pertama atau sebelum pulang sekolah. “Program ini untuk memastikan bahwa sekolah selalu dalam keadaan bersih,” ungkap Fahrul.

Sementara itu, setelah pembinaan lingkungan hidup bersama siswa anggota Tim Hijau SMP Negeri 26 Surabaya, Tunas Hijau melanjutkan sesi sharing dengan beberapa orang tim guru lingkungan hidup sekolah. Ada tiga orang guru yang mengikuti sharing itu. Mereka adalah Eko Widayani, Sri Murwati dan Titik Yusfrianti. “Hasil dari pelaksanaan program lingkungan hidup di sekolah ini sangat nampak. Tidak lagi banyak sampah berserakan di sekolah ini seperti beberapa tahun sebelumnya,” kata aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni mengawali sharing itu.

Komitmen pimpinan SMP Negeri 26 pada lingkungan hidup sepertinya sudah bagus, terbukti dengan beberapa kebijakan lingkungan hidup yang dibuat dalam setahun terakhir. “Kebijakan itu seperti keharusan untuk mematikan mesin sepeda motor mulai gerbang sekolah dan adanya aturan yang mengharuskan siswa membawa piring dan gelas sendiri ke sekolah untuk mengurangi sampah plastik yang dihasilkan. Ada juga kantin apung sekolah yang akan menerapkan prinsip eco canteen, yang saat ini dalam penyelesaian fisik bangunannya,” kata Zamroni kepada ketiga guru lingkungan hidup SMP Negeri 26 Surabaya.

Disampaikan Zamroni bahwa untuk penerapan pendidikan lingkungan hidup berkelanjutan dan mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan hidup, maka dibutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah. “Tidak boleh hanya tujuh orang guru yang ditunjuk mengurusi lingkungan hidup saja yang berpartisipasi. Semua guru, semua karyawan, semua siswa dan orang tua harus berpartisipasi aktif pada program lingkungan hidup. Prinsip berkelanjutan juga harus diterapkan,” tambah presiden Tunas Hijau ini. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *