Diskusi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Guru Pendamping
Kabupaten Malang- Hari kedua pelaksanaan Kemah Hijau Jatim 2010, Minggu (25/7), diawali dengan olahraga bersama para peserta dengan fasilitator dari Tunas Hijau. Uniknya olahraga yang dilakukan bukanlah senam atau joggingbersama,. Melainkan berjalan bersama mengitari areal perkemahan serta memungut sampat yang masih berserakan. Dengan dipandu oleh aktivis Tunas Hijau Kevin Suud, peserta berbaris rapi tiap kelompok dan membawa “senjata” karung tempat sampah.
Kevin menyampaikan bahwa kita semua harus peka dengan kondisi sekitar dimana kita berada. “Walaupun kita tidak sedang berada di sekolah masing-masing, namun kebiasaan ramah lingkungan hidup yang telah diterapkan saat di sekolah jangan pernah hilang saat berada di lokasi Kemah Hijau Jatim ini,” ujar Kevin Suud sebelum memulai olah raga memungut sampah.
Selepas melakukan olahraga pagiala Kemah Hijau, peserta langsung menyerbu stan pameran Eco Mobile kerjasama antara PT. Coca Cola Amatil dengan Klub Tunas Hijau. Eco Mobile tersebut dilengkapi dengan perpustakaan lingkungan serta peralatan elektronik yang berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan hidup. Menariknya, sumber daya listriknya berasal dari solar panel yang berada di atap mobil tersebut. Benar-benar sesuai namanya.
Siang harinya, peserta melakukan observasi serta wawancara dengan penduduk sekitar Bendungan Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang tentang keanekaragaman hayati tempat wisata yang cukup terkenal ini. Di saat para peserta melakukan kegiatan keluar perkemahan tersebut, diadakan sesi guru yang membahas model pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan hidup oleh narasumber dosen Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si.
Dalam presentasinya Agusti Tamrin menyampaikan bahwa label Sekolah Adiwiyata yang telah melekat menuntut konsekuensi bagi mereka untuk berperilaku ramah lingkungan dalam kesehariannya. “Penghargaan Adiwiyata bukan bertujuan mendapat penghargaan dengan menghalalkan segala cara. Namun bagaimana menanamkan kebiasaan peduli lingkungan hidup kepada para siswa,” ujar Agusti Tamrin. “Karena itu, model pembelajaran yang harus diberikan adalah dengan fokus pembiasaan terkait Eco Lifestyle, dimana ada peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran lingkungan hidup,” tambahnya kembali.
Diakhir sesi dilakukan role playing tentang pembelajaran lingkungan hidup di kelas. Pada permainan ini para guru dibagi menjadi 3 kelompok yang membahas tentang kondisi lingkungan hidup di desa, kota serta daerah wisata. Role play ini mendapat sambutan yang cukup meriah karena menjadi tambahan ilmu yang cukup berharga untuk pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah masing-masing. (don)