Ekspedisi Terumbu Karang 2010 di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo
Situbondo- Terumbu karang adalah makhluk hidup jenis tanaman laut. Tunas Hijau menyaksikan betapa dia bereaksi ketika tubuhnya berada di luar habitatnya (laut) selama sekitar 60 menit. Reaksi yang dilakukan terumbu karang itu adalah keluarnya lendir. Bila semakin lama terumbu karang itu berada di luar habitatnya atau di daratan, maka terumbu karang tersebut hanya akan menjadi bongkahan batu karang saja yang tidak lagi hidup. Penyaksian Tunas Hijau ini dilakukan pada Ekspedisi Terumbu Karang 2010 yang dilakukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan Taman Nasional Baluran di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran (TNB) Situbondo, Senin (26/7).
Terumbu karang sangat penting bagi ekosistem laut. Tanaman laut ini menjadi tempat kehidupan jutaan ikan dan biota lainnya. Sayangnya, sekitar 70% terumbu karang yang ada di pantai Jawa Timur dan perairan Indonesia rusak parah. Ironisnya perusaknya sebagian besar adalah para nelayan sendiri. Agar mudah mendapatkan ikan, mereka menggunakan bahan peledak, pukat harimau maupun potasium. Akibatnya, terumbu karang yang selama ini menjadi habitat ikan rusak. Banyak pula ikan kecil mati. Bila perusakan ini diteruskan, maka nelayan pula yang menuai kerugian.
Selain oleh bahan peledak, pukat harimau dan potasium, rusaknya terumbu karang juga bisa disebabkan oleh jangkar kapal pada saat menepi. Pusaran air yang disebabkan oleh baling-baling kapal atau perahu motor juga bisa menyebabkan kerusakan terumbu karang. Selain itu, naiknya suhu rata-rata lautan akibat pemanasan global menjadi ancaman alam terhadap kerusakan terumbu karang di seluruh dunia. Satu derajat celcius saja kenaikan suhu lautan terjadi, maka terumbu karang itu akan mengalami pemudaran warna, selanjutnya berwarna putih yang berarti mati.
Pantai Bama, tempat berlangsungnya Ekspedisi Terumbu Karang 2010 ini, berada di Taman Nasional Baluran (TNB) di Kabupaten Situbondo. Untuk mencapai lokasi pantai yang dikenal sangat alami itu, jarak sekitar 15 km dari pintu gerbang TNB harus ditempuh. Padang Savana Bekol yang memiliki luas sekitar 300 hektar. Aneka jenis satwa mamalia besar bisa dijumpai di sepanjang jalan menuju Pantai Bama. Diantaranya Banteng Jawa (Bos javanicus), Rusa Timor (Cervus rusa), Kerbau Liar (Bubalus bubalis), Babi Hutan (Sus scrofa), Anjing Hutan (Cuon alpinus) dan Macan Tutul (Panthera pardus).
Pada Ekspedisi Terumbu Karang 2010 ini, 500 terumbu karang dari empat jenis ditanam di perairan Pantai Bama. Keempat jenis karang yang ditanam itu adalah Acropora, Montipora, Trubinaria dan Caulastrea. Terumbu karang yang dikembangkan/ditanam tersebut berasal dari kegiatan transplantasi nelayan di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Bukan berasal dari pengambilan terumbu karang dari lautan lainnya. Para nelayan atau penangkar terumbu karang memiliki kewajiban menyisihkan 10 persen dari terumbu karang yang berhasil ditangkar.
Sementara itu, awalnya, terumbu karang yang ditangkarkan pada ekspedisi ini dibeli dari seorang pengusaha penangkaran lainnya yang berdomisili di Bali. Terumbu karang tersebut kemudian ditanam diatas sebuah media yang terbuat dari semen, pasir dan batu apung. Setelah ditanam selama beberapa bulan, terumbu karang tersebut kemudian di bagi menjadi beberapa bagian. Turunan pertama terumbu karang tersebut disebut dengan istilah F1.
Dari F1 itu, kemudian dibudidayakan lagi sehingga menghasilkan turunan kedua (F2). Lagi-lagi, F2 tersebut ditanam kembali untuk mendapatkan turunan ketiga (F3). Setelah turunan ketiga inilah, terumbu karang tersebut baru boleh dijual kepada konsumen. Sepuluh persen hasil panen turunan ketiga itu disisihkan oleh pengusaha/nelayan penangkar untuk ditanam kembali di alam bebas, untuk restocking coral. Sebagian lagi untuk ditangkarkan, sisanya dijual kepada para pengimpor dari Eropa dan Amerika.
Pantai Bama merupakan rataan terumbu karang (reef flat) yang sangat landai. Setelah memasuki daerah subtidal tampak adanya dasar pantai dengan kemiringan yang sangat terjal, hingga kedalaman puluhan meter. Deburan gelombangnya relative kecil. Daerah pasang surutnya meliputi garis pantai sepanjang 2,5 kilometer. Lebar daerah pasang surut (intertidal zone) adalah 200-500 meter, bila dihitung dari batas pasang maksimal dengan batas surut maksimal. Pantai ini cocok sebagai tempat istirahat, relaksasi dan berbagai jenis kegiatan wisata air. Antara lain, snorkel, berkano, menyelam, berenang dan bersampan. Pada pagi hari dapat dilihat pemandangan matahari terbit (sunrise) dari pantai ini. (roni)