Peserta Workshop SMP 5 Kepanjen Kampanye Lingkungan Hidup Kepada Masyarakat Sekitar Sekolah
Kabupaten Malang- Alfitri, siswi kelas 9 SMP Negeri 5 Kepanjen Kabupaten Malang mengatakan bahwa selama ini masyarakat diarahkan pada perilaku ribet dan budaya boros energi dari kebiasaan minum minuman dalam kemasan. Minuman jus jeruk dalam kemasan misalnya. Setelah buah jeruk yang masak dipanen, sering harus dikirim ke pabrik dulu untuk dibuat menjadi jus jeruk. “Padahal pengiriman jeruk ke pabrik untuk diolah menjadi jus jeruk membutuhkan energi ekstra untuk transportasi,” kata Alfitri di depan beberapa guru petugas perpustakaan SMP Negeri 5 Kepanjen Malang, Selasa (6/7) sore.
Sambil menunjuk poster besar yang dibuat siswa kelompoknya, Safitri menambahkan bahwa energi juga dibutuhkan untuk proses pembuatan jus jeruk di pabrik. “Setelah proses pembuatan jeruk dalam kemasan selesai, penggunaan energi selanjutnya dibutuhkan untuk transportasi pengiriman jus-jus jeruk dari pabrik ke toko-toko. Masing-masing penggunaan energi itu menghasilkan gas rumah kaca khususnya karbon dioksida yang berpotensi menambah rata-rata suhu di muka Bumi,” kata Alfitri.
Ditambahkan Ledib Apriliansi, teman sekelompok Alfitri, bahwa lebih baik bila kita membuat jus sendiri di rumah bila hendak mengonsumsinya. “Membuat jus sendiri di rumah bisa mengurangi sampah non organik yang dihasilkan dari bungkus kemasan jus jeruk bila kita membelinya dalam kemasan di toko. Minuman jus yang kita buat jelas lebih sehat karena dibuat tanpa pengawet. Penggunaan energi jelas juga lebih sedikit dari penggunaan energi yang dibutuhkan minuman jus dalam kemasan pabrik,” terang Apriliansi. Selanjutnya sosialisasi dilakukan kepada masyarakat di sekitar sekolah.
Alfitri dan Apriliansi tergabung dalam Carbon Footprint atau jejak karbon pada workshop lingkungan hidup yang digelar 2 hari oleh Tunas Hijau di SMP Negeri 5 Kepanjen Malang. Narasumber workshop ini adalah tiga orang simpatisan Tunas Hijau dari Australia Emily Cousins, India Vijay Chaitanya, dan Jerman Sina Lenski. Mereka didampingi oleh empat aktivis Tunas Hijau Dony Kristiawan, Mochamad Afif Amrullah, Kevin Suud dan Mochamad Zamroni.
Selain kelompok Carbon Footprintyang dipandu oleh Emily Cousins, kelompok sungai yang dipandu Sina Lenski dari Jerman dan kelompok keanekaragaman hayati yang dipandu Vijay Chaitanya dari India juga melakukan hal yang sama pada hari kedua workshop ini. Selain melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada sore hari menggunakan media display/poster, mereka melakukan aksi nyata sesuai dengan tema pada pagi harinya. Sementara itu Kepala SMP Negeri 5 Kepanjen Malang Sutikno menyatakan bangga dengan terlaksananya workshop 2 hari bagi siswa ini. “Semua prosesnya berjalan menyenangkan bagi siswa dan banyak metode dan informasi baru yang disampaikan,” kata Sutikno saat penutupan. (roni)