Observasi Ekosistem Sungai & Hutan Mangrove SDK Santa Theresia I

Surabaya- Tempat pembuangan tinja manusia yang langsung dibuang ke sungai tanpa proses pengolahan/pengendapan nampak tersedia di salah satu pinggir sungai yang mengarah ke muara sungai Wonorejo. Tumpukan sampah non organik yang terbawa arus sungai tersebut juga banyak ditemukan. “Saya tidak bisa membayangkan apakah ekosistem di sungai ini bisa nyaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya bila kondisi sungai seperti ini,” ujar Sakura, salah seorang siswi SDK Santa Theresia I saat pengenalan ekosistem sungai dan hutan mangrove bersama Tunas Hijau, Sabtu (18/9).

Kondisi muara sungai wonorejo cukup memprihatinkan dengan banyaknya sampah dan MCK terapung. Ditambah lagu dengan perilaku masyarakat sekitar yang masih kurang sadar terhadap keharusan menjaga kebersihan daerah aliran sungai di dekat sungai yang bermuara ke laut itu. Sebanyak 20 siswa yang tergabung dalam tim lingkungan hidup SDK Santa Theresia 1 Surabaya itu bahkan melakukan wawancara dengan masyarakat di sekitar sungai. Dari hasil wawancara itu didapat informasi bahwa masih banyak masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai. Demikian juga dengan buang hajat atau buang besar.

Seusai melakukan pengamatan di sekitar sungai yang mengarah ke muara Wonorejo, para siswa ini melanjutkan pengamatan menuju kawasan bosem Wonorejo. Di sekitar bosem yang berfungsi sebagai pencegah banjir itu, mereka berjalan kaki sambil mengamati pepohonan mangrove yang banyak tumbuh di sekitarnya. “Mangrove adalah jenis tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut. Pada saat air laut pasang, kawasan itu akan tergenangi air laut. Pada saat surut, kawasan itu tidak tergenangi air laut,” ungkap aktivis Tunas Hijau Satuman.

Mangrove ada banyak jenisnya. “Mangrove juga identik dengan jenis akarnya yang berbeda dengan akar tumbuhan yang hidup di darat. Yaitu akar napas yang nampak menggantung,” ujar Satuman. Jenis tumbuhan air ini juga identik dengan satwa air. “Bila di lahan tersebut tumbuh mangrove dengan subur, maka bisa dipastikan ada banyak satwa air yang berkembang biak dan burung,” tambah aktivis Tunas Hijau Narendra. Di kawasan bosem ini, para siswa ini juga mewawancarai penduduk sekitar tentang cara menjaga kelestarian mangrove. (akbar/ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *