Caca Ingin Kembangkan Eco School, Mumtaza Kembangkan Program Tentang Pohon

Hongkong- Ketiga aktivis Tunas Hijau Mumtaza, Nyimas dan Zamroni yang berangkat ke Nagoya, Jepang untuk mengikuti International Children’s Conference on the Environment (ICCE) 2010, 19-27 Oktober, memiliki ekspektasi yang tergolong tinggi. Ekspektasi ini tentunya tidak hanya berupa keinginan bepergian ke luar negeri, khususnya Jepang, yang terkenal dengan bunga sakura, gunung Fuji dan kereta cepat Shinkansen.

Mumtaza Noor Ashila, runner up puteri lingkungan hidup 2008 Malang raya yang juga siswa SMPN 1 kota Malang berharap dengan keikutsertaannya pada ICCE ini bisa mendorong teman-temannya di Malang dan kota-kota lain untuk semakin peduli lingkungan hidup terlebih pepohonan. “Anak-anak bisa mempunyai harapan tinggi untuk lingk@ungan hidup dan bisa menjadi agen perubahan lingkungan hidup,” kata Mumtaza saat transit di bandara internasional Hongkong menuju Nagoya, Selasa (19/10).

Mumtaza juga berharap bisa mendapat banyak pengalaman baru dan bertukar program lingkungan hidup dengan peserta konferensi dari negara-negara lain. “Terlebih bila program itu tentang inovasi pengembangan program untuk menghijaukan bumi dan sekolah serta mendorong anak-anak memanfaatkan lahan kosong untuk pepohonan,” ugkap Mumtaza yang pada 2007 mengikuti program lingkungan hidup di Australia bersama Tunas Hijau.

Senada dengan Mumtaza, Nyimas Salsabila juga punya banyak harapan dengan keikutsertaannya pada konferensi lingkungan hidup internasional di Nagoya ini. “Yang jelas bisa meyakinkan teman-teman saya di SMPN 26 Surabaya dan adik-adik saya di SDN Kandangan 3 Surabaya, yang telah 3 tahun berturut-turut mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional, bahwa upaya yang kami lakukan tidak akan sia-sia. Selain lingkungan hidup yang lebih baik, kita juga bisa mendapatkan apresiasi dari upaya nyata lingkungan hidup yang dilakukan,” unkap Nyimas, yang biasa dipanggil Caca, saat transit di Hongkong, Selasa (19/10) siang.

Lebih lanjut Caca menjelaskan bahwa dia penasaran dengan sekolah-sekolah ramah lingkungan hidup yang ada di negara-negara lain. “Mengetahui realisasi dari program sekolah ramah lingkungan hidup di dunia internasional adalah target saya. Terlebih tentang bagaimana anak-anak atau siswa dan guru berperan dalam mewujudkan sekolah ramah lingkungan hidup,” terang Caca.

Sementara itu aktivis senior dan presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni berharap tidak hanya kebanggaan pribadi yang akan didapat oleh tim Tunas Hijau yang semuanya disponsori oleh United Nations Environment Program (UNEP) ini. “Keikutsertaan pada ICCE ini harus bisa untuk pengembangan program lingkungan hidup di tanah air. Setidaknya sekolah masing-masing bisa merasakan dampak bagus dengan keikutsertaan ini. Sehingga, tidak hanya kebanggaan pribadi yang muncul, tapi komunitas sekitar mereka juga ikut bangga dengan keikutsertaan pada konferensi internasional itu,” ungkap Mochamad Zamroni yang biasa dipanggil Roni ini.

Roni menambahkan bahwa proyek lingkungan hidup yang selama ini dilakukan Mumtaza dan Nyimas Salsabila diharapkan bisa berkembang skalanya menjadi internasional. “Atau setidaknya ada Mumtaza dan Nyimas nanti bisa memanfaatkan jaringan internasional yang dibentuk saat ICCE ini untuk pengembangan proyek lingkungan hidup. Sehingga mereka akan semakin mendapat dukungan dari teman-temannya,” jelas Zamroni.

Sebelum ICCE 2010 Jepang ini, Tunas Hijau telah mengikuti beberapa ICCE. Pertama pada 2004 saat pelaksaannya di Connecticut, Amerika Serikat, selanjutnya ICCE 2006 di Malaysia, ICCE 2009 di Korea. Pada 2005, tim Tunas Hijau juga mengikuti Children World Summit di Jepang. Sedangkan pada Juni 2010 tim Tunas Hijau mengikuti konferensi internasional di Brazil. (roni)

Foto: Bandara internasional Hongkong, China

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *