Indah Dan Nyamannya Kota Nagoya Jepang
Nagoya- Berkeliling kota Nagoya, Jepang sangat menyenangkan. Banyak obyek yang bisa dikunjungi di kota yang berada di prefecture (provinsi) Aichi ini. Ada Nagoya TV Tower, museum Kota Nagoya, Nagoya Castle, dan Central Park yang di dalamnya banyak terdapat pusat perbelanjaan. Taman-taman dengan karakter berbeda juga bisa dengan mudah dinikmati di kota ini. Banyak juga tempat lainnya, terlebih pada Oktober 2010, saat pelaksanaan COP (Conference on Parties) 10 Biodiversity (keanekaragaman hayati).
Provinsi (prefecture) Aichi, khususnya kota Nagoya memang menjadi tempat pelaksanaan konferensi internasional tentang keanekaragaman hayati. Konferensi ini memang dipusatkan di Nagoya Conference Centre, tidak jauh dari stasiun Nishi Takakura. Meskipun kegiatan utama diselenggarakan di satu tempat itu, namun gema penyelenggaraan COP 10 terasa bahkan di seluruh provinsi Aichi, terlebih gaungnya sangat terasa di seluruh kota Nagoya. Hal ini tidak terlepas dari promosi yang telah dilakukan oleh penyelenggara.
Promosi itu dilakukan di semua tempat keramaian dengan cara-cara yang cerdas. Yaitu dengan memasang banyak poster dan minibanner. Mulai bandara udara internasional dan domestik, stasiun-stasiun subway (kereta bawa tanah), terminal bus, kereta api dan bus. Semua media promosi dipasang dengan sangat rapi sehingga menarik perhatian dan tidak malah membuat kondisi tempat publik itu jadi kotor. Jangan bayangkan ada pemasangan reklame atau media promosi di pepohonan di pinggir jalan, karena pemandangan ini tidak satu pun bisa dijumpai di kota Nagoya. Bahkan tidak ada satu pun paku atau bekasnya di pepohonan.
Tentang sungai, sudah tidak ada dalam kamus kota Nagoya ada sampah yang nampak mengapung di sungai. Menurut pantauan Tunas Hijau saat menghadiri pameran COP 10 Biodiversity di Nagoya Convention Center, ternyata sungai-sungai di Nagoya juga sama dengan sungai-sungai di daerah hilir di Indonesia. Kesamaan itu adalah sungai-sungai itu sama-sama membawa endapan atau sedimen, yang bila semakin banyak akan dapat mengurangi volume sungai atau saluran air itu. Hebatnya, endapan di dasar sungai itu ternyata juga dikeruk dengan bego lengan panjang (alat pengeruk) dengan tetap menjaga keindahan bantaran sungai yang sudah menjadi taman.
Lantas, bagaimana pengerukan sedimen sungai dilakukan? Caranya, bego diletakkan di atas kapal dek. Di samping kapal dek itu ditempatkan sejenis kapal pengangkut batubara tanpa mesin yang mengapung di atas sungai. Hasil pengerukan sedimen sungai langsung ditempatkan di kapal itu. Setelah penuh, pemindahan dilakukan melakukan melalui jalur sungai dan laut. Dengan cara ini tentunya tidak bisa lagi dijumpai ada ceceran lumpur sedimen di jalan seperti yang banyak dijumpai di jalan.
Tentang pemilahan dan pengolahan sampah, Jepang jagonya. Semua sampah dipilah mulai dari sumbernya. Tidak hanya di dapur rumah, tapi juga di restoran atau sumber sampah. Pemilahannya tidak cukup hanya organik dan non organik, melainkan kertas, plastik, sterofoam, pet botol, kaleng, gelas/kaca dan sisa makanan. Bahkan sekelas restoran cepat saji Mc Donald juga melakukannya. Yaitu, dengan menyediakan tempat sampah plastik untuk sedotan dan tutup gelas minuman, serta tempat sampah kertas untuk lainnya. Pemilahan juga dilakukan sendiri oleh yang menghasilkan sampah.
Soal jalanan, kota Nagoya dan Jepang luar biasa. Seolah tidak nampak ada debu yang di seluruh kota. Pejalan kaki, bahkan tuna netra juga bisa berjalan aman di seluruh kota dengan jalur atau track khusus tuna netra di seluruh penjuru kota.
Tentang transportasi, pakar transportasi dari Indonesia (sepertinya) harus belajar khusus ke Jepang. Atau bila perlu, perencana transportasi di Jepang disewa khusus untuk menerapkan sistem transportasi di Jepang untuk diterapkan di Indonesia. Alasannya, tidak ada satu kawasan pun di Jepang atau khususnya Nagoya yang tidak dijangkau oleh transportasi publik khususnya subway atau kereta dan bus. Bahkan ketepatan waktunya sangat tinggi, dan tidak ada calon penumpang yang harus menunggu lebih dari 10 menit.
Tentang keramahan warganya, Jepang (mungkin) nomor satu. Bahkan ada pepatah yang menyatakan “Bila Anda tersesat, maka bertanyalah kepada orang Jepang. Maka si orang Jepang tidak hanya akan menunjukkan tempatnya dengan menunjuk, melainkan si orang Jepang itu akan menemani Anda sampai tujuan atau setidaknya tidak tersesat.”
Keteladanan lain yang bisa dijumpai di tempat-tempat umum adalah perilaku di eskalator atau tangga berjalan. Di eskalator ada semacam aturan yang biasa dijumpai di jalan-jalan tol di Indonesia. Yaitu adanya jalur lambat dan jalur cepat atau mendahului. Maksudnya, bila hendak mendahului pengguna eskalator lainnya, maka jalur kanan yang harus digunakan. Sebaliknya, bila tidak bermaksud mendahului, maka jalur kiri yang harus digunakan. (roni)