Kelinci Amamipaus Sirip, Monyet Salju, Tikus Jepang, Elang Emas

Surabaya- Hubungan bilateral antar negara bagi pejabat pemerintahan mungkin tidak asing lagi. Pertemuan antar negara mungkin juga hal biasa. Tetapi, apa jadinya bila pelajar tingkat sekolah dasar saling berhubungan antar negara untuk program sekolah mereka? Tentu luar biasa. SDN Petemon XIII Surabaya mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan sekolah dasar dari negara Jepang, Kanazawa Fuzoku school, untuk program pendidikan lingkungan hidup, Jumat (15/10).

Sebanyak 15 siswa SDN Petemon XIII Surabaya ikut terlibat dalam video conference ini. Diawali dengan perkenalan antar siswa dari masing-masing sekolah, mereka tampak senang saling mengenal satu dengan yang lainnya. “Nama saya Yuu, saya kelas 5 dan saya masih umur 12 tahun,” ujar Yuu, siswa  Kanazawa Fuzoku school Jepang dengan berbahasa Inggris. Selain Yuu masih banyak lagi sahabat-sahabat dari negeri matahari yang memperkenalkan diri.

Setelah memperkenalkan diri, kedua sekolah dasar yang tengah melakukan video conference ini langsung membahas permasalahan lingkungan hidup di negara masing-masing. Diawali dengan negara Jepang, Kanazawa bersama dengan siswanya membahas tentang biodiversity atau keanekaragaman hayati negaranya yang hampir punah. “Diantaranya kelinci amamipaus, monyet salju, tikus Jepang, dan masih banyak lagi,” ujar Riko salah seorang murid Kanazawa Fuzoku school Jepang.

Tak jauh berbeda permasalahan yang dialami oleh negara Indonesia. Masalah keanekaragaman hayati,salah satunya. Maraknya penebangan hutan secara liar serta dampak dari pemanasan global membuat beberapa jenis spesies terancam punah dan jenisnya telah langka. Diantaranya badak bercula satu, harimau sumatera, orang utan, anoa, banteng, rusa bawean. “Selain itu bunga raflesia arnoldi, bunga bangkai, anggrek harimau juga mulai langka,” ujar Vian, siswa SDN Petemon 13 Surabaya.

Diakhir pembicaraan, Akbar Wahyudono, aktivis Tunas Hijau yang mendampingi mengajak Kanazawa untuk melakukan video conference kembali dengan siswa Indonesia. Tentunya topik pembicaraan akan berbeda. “Melalui video conference ini, diharapkan siswa dapat menambah wawasan lingkungan hidup dari negara lain,” ujar Sulastri guru SDN Petemon 13. Sementara itu program sekolah kembar dengan sekolah di Jepang ini adalah bagian dari program International Intercultural Mural Exchange 2010 yang Tunas Hijau menjadi coordinator Indonesia. (akbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *