Origami Dan Keanekaragaman Hayati

Mihama- Red List menjadi isu yang marak dibicarakan masyarakat dunia setelah dampak pemanasan global dan perubahan iklim semakin buruk. Sesuai dengan artinya, daftar merah, adalah daftar flora atau tumbuhan dan daftar fauna atau satwa yang terancam punah keberadaannya. Workshop keanekaragaman hayati dan origami atau seni melipat menjadi salah satu workshop yang diikuti oleh peserta International Children’s Conference on Biodiversity 2010 Aichi-Nagoya, Sabtu (23/10) pagi. Narasumber workshop ini adalah utusan British Council di Tokyo, Jepang.

Seperti namanya, workshop ini membahas flora dan fauna yang terancam punah (endangered). Diantara satwa yang terancam punah yang dicontohkan oleh Huw Oliphant, head of science and environmentBritish Council, adalah polar bear atau beruang kutub. Beruang kutub menjadi satwa yang sangat terkenal, terutama sejak gunungan es “abadi” di kutub utara mengalami banyak pelelehan akibat semakin meningkatnya rata-rata suhu permukaan bumi secara global. “Beruang kutub terancam populasinya karena semakin berkurangnya gunungan es di kutub yang merupakan habitatnya,” terang Huw Oliphant.

Leopard atau macan tutul juga tergolong satwa yang terancam punah. Satwa asli benua Afrika ini populasinya banyak berkurang drastis. Penyebabnya, banyak hilangnya habitat aslinya, yaitu hutan. Leopard juga banyak diburu dan diperdagangkan secara ilegal. “Leopard bahkan tergolong satwa yang sangat terancam (critically endangered) berdasarkan populasinya saat ini,” ungkap Chihiro Kawai, projects manager science and environment British Council di Tokyo, Jepang.

Satwa lainnya yang dibahas pada workshop ini adalah penyu laut (sea turtle). “Penyu laut juga tergolong satwa yang yang terancam punah,” kata Mumtaza Noor Ashila, runner upputeri lingkungan hidup 2009 Malang. Menurut Mumtaza, bahkan ada salah satu spesies penyu laut yang sangat terancam. Penyebabnya adalah faktor alam dan manusia. Faktor alam diantaranya disebabkan telur dan tukik (anak penyu) banyak diburu oleh hewan lain. Sedangkan faktor manusia adalah tidak sedikit penyu laut yang mati karena memakan sampah plastik di laut. Banyak juga ditemui penyu laut yang diperdagangkan, tersangkut jala nelayan dan dimakan manusia.

Setelah mendapat penjelasan tentang beberapa contoh spesies yang terancam punah, para peserta ICC on Biodiversity 2010 lantas diajak membuat origami atau seni melipat membentuk beberapa satwa yang terancam punah, yaitu beruang kutub, penguin dan penyu laut. Selanjutnya, setiap peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing peserta dalam tiap kelompok membuat origami seperti ketiga satwa yang hampir punah itu. Dengan origami ini, anak-anak diharapkan semakin mengenal satwa-satwa yang terancam punah. “Melalui origami satwa langka ini, juga diharapkan semakin banyak yang menyuarakan perlindungan terhadap satwa langka,” ungkap Nyimas Salsabila, peserta ICC 2010 dari Tunas Hijau yang mengikuti workshop ini. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *