Permainan Ular Tangga Lingkungan Hidup ‘Raksasa’ Tunas Hijau Ramaikan Kegiatan Posyandu Berbasis Masjid di Kabupaten Sleman

Sleman- Upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh FORKOMMADIKA (Forum Komunikasi Mahasiswa Diploma III Kehutanan) UGM Jogjakarta ini nampaknya layak ditiru. Berbekal dengan dengan satu lembar permainan ular tangga raksasa berukuran 5 x 5 meter produksi Tunas Hijau dengan tema pelestarian hutan, kelompok mahasiswa ini berupaya mengaplikasikan pendidikan pelestarian lingkungan pada kegiatan Posyandu (pos pelayanan terpadu)

FORKOMMADIKA (Forum Komunikasi Mahasiswa Diploma III Kehutanan) UGM menggelar permainan ular tangga pelestarian hutan dalam kegiatan Posyandu Berbasis Masjid yang diselenggarkan oleh Hati BeningCommunity bersama ibu-ibu PKK Padukuhan Wonosobo, Kelurahan Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Sabtu (16/10). Tidak biasanya bila di dalam kegiatan posyandu terdapat permainan yang bersifat mengedukasi anak-anak usia balita, karena pada umumnya posyandu merupakan tempat berkumpulnya ibu–ibu rumah tangga untuk menimbang berat badan bayi, memeriksa  tensi darah, memeriksa kondisi kehamilan pada ibu hamil, dan penambahan gizi balita dengan pembagian makanan tambahan seperti kacang hijau, biscuit, telur rebus, dan air mineral.

Sesuai dengan penuturan Yosi sebagai kordinator kegiatan, bahwa, perlu dilakukan berbagai upaya menarik untuk menularkan kebiasaan ramah lingkungan, diantaranya melalui media permainan ular tangga ini kepada adik-adik balita. Yosi yang juga Mahasiswa Diploma III Pengeloaan Hutan UGM ini menegaskan bahwa 20 tahun mendatang merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa yang peduli kepada masa depan lingkungan hidup.

Tanggapan serupa juga diungkapkan oleh Riyanaldi Ihsan (Ketua Hati Bening Community), yang juga menjadi direktur salah satu penerbit ternama di Yogyakarta. Rynaldi Ihsan mengungkapan rasa bangganya bahwa kegiatan semacam ini adalah ide yang sangat kreatif. “Cara teman-teman FORKOMMADIKA dalam menularkan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada adik-adik balita melalui media pendidikan seperti inilah yang seharusnya patut untuk disebarluaskan, karena pada dasarnya untuk menanamkan jiwa cinta lingkungan kepada anak-anak harus melalui sesuatu yang mudah untuk dipahami,” ungkap Riyanaldi di sela-sela pelaksanaan kegiatan. Tanggapan positif juga diberikan Wanti, koordinator Posyandu. Menurut penilaiannya, permainan ini sangat efektif untuk dapat menanamkan kasadaran  untuk anak usia dini agar dapat menjaga lingkungan.

Menanggapi hal tersebut, Diofan, aktivis Tunas Hijau sekaligus mahasiswa Diploma III Pengelolaan Hutan berkomentar, “Kamipun sudah mengagendakan kegiatan Ular TanggaGoes to Schools and Campoeng di wilayah Daerah Istomewa Jogjakarta. Alhamdulillah kampung ini menjadi kampung pertama yang didatangi oleh permainan ular tangga ini. Sebelumnya kami juga sudah mendatangkan ular tangga ini di SDN Dayu Sleman.” Dio memberikan alasan lugas bahwa sudah sewajarnya mahasiswa kehutanan ikut mengambil peran dalam upaya menghambat pemanasan global. Peran yang diberikan diantaranya melalui pendidikan lingkungan keliling seperti ini. Harapan terbesarnya adalah dapat mengajak sebanyak-banyaknya elemen masyarakat agar peduli lingkungan. “Setidaknya masyarakat paham tentang pentingnya berpikir global bertindak local dalam menjaga lingkungan hidup,” ungkap Dio memungkasi komentarnya.

Di Surabaya hampir semua sekolah sudah kenal dengan permainan ini, karena ular tangga lingkungan ini sudah menjadi permainan yang familiar di kalangan masyarakat Kota Pahlawan. Semoga saja dalam jangka waktu dekat Tunas Hijau Club Yogyakarta bersama teman-teman FORKOMMADIKA UGM dapat melakukan kegiatan Ular Tangga Goes to School and Campoeng (dio)