Peserta ICC Membuat Peta Dunia Biodiversity
Mihama- Peta dunia tentang lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati dibuat seluruh peserta ICC. Pembuatan peta ini dilaksanakan di Aichi Mihama Youth Outdoor Learning Center, Jumat (22/10) sore hingga malam. Berbagai isu di negara masing-masing mereka kemukakan di peta itu. Sebelumnya, seluruh peserta dibagi menjadi 7 kelompok berdasarkan regional dimana negara mereka berada. Peta buta masing-masing regional, sebelumnya, disediakan oleh panitia.
Di Hungaria, banyak taman dan hutan dirusak. Akibatnya banyak satwa yang kehilangan tempat tinggal. “Di negara saya, Hungaria juga belum ada peraturan yang cukup untuk melestarikan lingkungan hidup,” kata Gall Hanna, peserta International Children’s Conference on Biodiversity 2010 Aichi-Nagoya sambil menuliskan isu lingkungan hidup di negaranya pada secarik kertas. Hanna lantas meletakkan dua kertas dengan isu lingkungan hidup negaranya pada peta benua Eropa yang telah disediakan. Hanna yang didampingi kakaknya Domokos juga menuliskan isu sedikitnya tempat sampah yang tersedia di fasilitas umum dan banyak hilangnya habitat burung.
Tentang minimnya tempat sampah juga disampaikan oleh Rufat Dargahli, peserta asal Azerbaijan. Meskipun minim tempat sampah, negaranya tergolong memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. “Namun, keanekaragaman hayati itu terancam dengan tingginya perusakan hutan atau penebangan pohon,” ungkap Rufat Dargahli. Sedangkan Viacheslav Samuchenko, peserta dari Rusia, menuliskan isu tentang masih maraknya penggunaan kantong plastik diantara masyarakat.
Di benua Amerika bagian utara, Annie Collins dari Canada mengungkapkan banyaknya penangkapan ikan secara berlebihan. Peserta dari Amerika Serikat Sylvia Gong menjelaskan bahwa banyak satwa di negaranya bukan satwa asli setempat alias satwa pendatang. Sedangkan isu-isu yang banyak dikemukakan oleh para peserta dari benua Afrika adalah kemiskinan, polusi udara, polusi air, bencana alam, populasi yang berlebihan dan penagkapan ikan secara berlebihan.
Isu-isu lingkungan hidup yang disampaikan oleh para peserta dari Asia Tenggara dan Oceania pada dasarnya sama dengan isu-isu di belahan bumi lainnya. Isu yang sedikit berbeda adalah maraknya pertambangan batu bara di Australia, maraknya perburuan mamalia laut khususnya lumba-lumba. Sedangkan isu yang disampaikan oleh Nyimas Salsabila dan Mumtaza Noor Ashila dari Indonesia masih terjadinya penggundulan hutan. “Penggundulan hutan biasanya dibarengi dengan pengalihfungsian hutan menjadi lahan pertanian,” ungkap Mumtaza dan Nyimas. Isu tentang penyu laut juga termasuk yang disampaikan regional ini. (roni)