Pengomposan Di SMP Negeri 25
Surabaya- Mengolah sampah memang pekerjaan yang cukup melelahkan dan tidak mudah. Terutama jika sampah yang diolah terlihat menjijikkan dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Banyak pula yang belum bisa bahkan belum mengetahui cara pengolahan sampah, terutama sampah organik yang banyak dihasilkan setiap harinya. Padahal mengolah sampah organik sebenarnya tidak perlu terlalu banyak teori. Hal inilah yang dipraktekkan di SMP Negeri 25 Surabaya, para siswa diajarkan mulai menerapkan komposter dengan gaya mereka masing-masing. Inilah yang dilakukan 25 siswa yang mengikuti pengembangan diri lingkungan hidup di sekolah.
Tak ada keranjang, karungpun jadi. Begitulah yang dipikirkan oleh siswa yang mencoba membuat suatu inovasi untuk keperluan mereka. Menggunakan karung bekas untuk komposter bukanlah suatu hal yang salah. Tetapi mereka juga harus memikirkan kekurangan yang ditimbulkan sehingga dapat menutupi kekurangan yang ditimbulkan tersebut. Starter yang mereka gunakan juga berupa tanah yang dicampur dengan sedikit bekas daun teh yang mereka temukan di kantin. Dengan menggunakan daun teh, diharapkan dapat mempercepat proses pembusukan kompos dan baunya tidak menggangu.
Diangga Lukman Putra, siswa kelas 7A yang bertubuh mungil, ini tak segan untuk memotongi sampah organik menjadi kecil-kecil. Meskipun mempunyai tubuh yang mungil, tetapi kepedulian yang dimiliki amat besar. Tak lupa dia mengaduk-aduk komposter yang mereka buat agar sampah organik yang akan mereka olah lebih cepat proses pembusukannya. “Tidak harus ditutup dengan sekam, karena tidak mudah menemukannya,” jelas Narendra, aktivis Tunas Hijau yang mendampingi praktek para siswa itu. Dengan sedikit mencoba para siswa lantas menggunakan kulit pohon pisang yang berada di sekolah mereka untuk menutup komposter. Tak lupa sebelum ditutup, diberi sisa teh agar aroma yang tercium tidak mengganggu.
Diharapkan dengan inovasi yang mereka lakukan akan mempermudah para siswa mengerti tujuan dan cara pembuatan kompos. Dengan mereka mengerti dan kemauan yang dimiliki itu akan menjadikan modal para siswa ini untuk berani mengolah sampah. Eka Yuriva, siswi kelas 8H menuturkan dengan kegiatan ini akan semakin mencoba mana yang lebih baik digunakan untuk membuat kompos, karena membuat komposter sendiri memiliki banyak tantangan dalam proses pembuatannya maupun pengerjaannya. Tentunya tantangan besar juga bakal ditemui saat mengoptimalkan penggunaan komposter itu sehari-hari. (narendra)