Tertibnya Masyarakat Yogyakarta
Yogyakarta- Kenyamanan kota tidak hanya dilihat dari banyaknya taman yang menghiasi sudut-sudut kota atapun kebersihan kota itu sendiri. Namun, ketertiban dalam berkendaraan dan kualitas sarana transportasi yang disediakan oleh pemerintah juga ikut andil dalam menciptakan kota yang nyaman. Setidaknya ketertiban dalam berkendara dan juga sarana transportasi nyaman bisa dinikmati oleh tim Trash To Cash For Merapi saat berkunjung ke Yogyakarta untuk menyalurkan langsung bantuan kepada korban bencana letusan gunung Merapi, Minggu (14/11).
Banyaknya taman dan keindahan taman yang menghiasi kota Yogyakarta masih kalah bila dibandingkan dengan taman yang ada di Surabaya. Namun untuk ketertiban dalam berkendara masyarakat Yogyakarta layak diacungi jempol. Kondisi ini yang dialami oleh dua aktivis Tunas Hijau ketika berhenti di salah satu perempatan lampu merah. Semua kendaraan berhenti tepat di garis putih atau batas lintas ketika berhenti. Padahal di depan garis berhenti masih ada space kosong lebar sekitar 1,5 meter bertuliskan Ruang Tunggu.
Menurut Akbar Wahyudono, aktivis Tunas Hijau yang berasal dari kota Gudeg Yogyakarta, masyarakat Yogyakarta terbiasa dengan perilaku tertib dengan aturan. Selain itu, lanjut Akbar, masyarakat Yogyakarta sangat memegang teguh adat istiadat ataupun tata karma yang ada di wilayah atau daerah itu. Misalnya menjaga etika dalam melakukuan aktivitas apapun dan menjaga norma kesopanan dalam berperilaku. “Kebiasaan tersebutlah yang secara tidak langsung menjadikan masyarakat Yogyakarta tertib dalam berkendara,” tambah Akbar.
Satu hal lagi yang membuat kota Yogyakarta berbeda dengan Surabaya, yaitu di Yogyakarta jarang ditemui pabrik-pabrik industri yang berdiri. Sedangkan di Surabaya dapat kita jumpai pabrik-pabrik industri yang tersebar merata di hamper seluruh penjuru kota. Hal ini disebabkan karena kota Yogyakarta lebih dikenal sebagai kota wirausaha daripada kota industry. Sehingga tak ragu bila ada pepatah lama mengatakan “Datang ke Yogyakarta seperti pergi untuk kembali”. (black)