Tim I Trash To Cash For Merapi Berangkat Salurkan Langsung Bantuan
Hujan lebat mengiringi perjalanan tim ‘Trash To Cash For Merapi’ saat hendak menyalurkan langsung bantuan yang telah didapat selama dua minggu ini, Sabtu (13/11). Tim Trash to Cash for Merapi terdiri dari aktivis Tunas Hijau, paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup 2010, guru dan siswa SDN Kandangan I Surabaya. Berangkat dengan menggunakan bus mini, tim Trash to Cash for Merapi membawa beberapa kebutuhan pokok yang dananya berasal dari posko yang digelar .
Beberapa bahan pokok yang dibawa tersebut yakni pampers, susu balita, bubur bayi, susu kaleng, sarden, alat tulis, buku tulis, air mineral, sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi dan makanan ringan. Seluruh barang-barang tersebut langsung disumbang-salurkan kepada korban bencana Merapi yang berada di wilayah Yogyakarta. Selain barang-barang pokok tersebut, tim ‘Trash To Cash For Merapi’ berencana menambah macam bantuan yakni pakaian dalam, selimut dan tikar.
“Kami akan menambah beberapa kebutuhan lainnya saat tiba di kota Yogyakarta,” ujar Rendy Setyadi aktivis Tunas Hijau. Meskipun mini bus yang ditumpangi sempit karena bahan pokok yang jumlahhnya cukup banyak, namun beberapa anggota paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup yang notebenenya masih pelajar sekolah dasar mengikuti penyaluran sumbangan tersebut dengan senang. Terdapat 3 anggota paguyuban yang ikut dalam tim ‘Trash To Cash For Merapi’ yakni Fadila El Zahra, Faradila Rizky Amalia dan Salsabila Zeta Zain.
“Meskipun capek dan jauh, namun kita harus tetap semangat karena membawa misi yang mulia,” ujar Fadila El Zahra Puteri Lingkungan Hidup 2010. Seperti yang disampaikan oleh Fadila, Salsabila Zeta Zain juga menyampaikan pendapat serupa, menurutnya keberangkatan tim ‘Trash To Cash For Merapi’ diharapkan dapat meringankan beban korban bencana akibat meletusnya gunung Merapi. “Kita juga membawa misi penyampaian lestarikan lingkungan melalui ular tangga yang akan kita bagikan untuk anak-anak korban bencana yang ada di Yogyakarta,” imbuh Faradila Risky Amalia. (black)