Banyak Sekolah Di Sleman Belum Berfungsi
Surabaya- Letusan gunung Merapi yang menyisakkan kepedihan bagi banyak orang, ternyata belum mampu menghapus keceriaan anak-anak di barak pengungsian Kepoh Harjo. Beberapa dari mereka terlihat bersemangat bermain kejar-kejaran dengan teman mereka lainnya, ada juga yang bermain petak umpet, bahkan beberapa dari mereka terlihat serius membaca buku cerita. Keceriaan tersebut disaksikan sendiri oleh aktivis Tunas Hijau ketika mengunjungi barak pengungsian Kepoh Harjo, Cangkringan, Sleman-Yogyakarta, Senin (13/12). Kunjungan aktivis Tunas Hijau yang membawa bantuan program Trash to Cash For Merapi disambut sorak gembira anak-anak pengungsian yang baru menempati barak tersebut minggu lalu. Sebagian besar dari anak-anak pengungsi belum masuk sekolah sejak letusan gunung teraktif di dunia tersebut terjadi. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah mereka dijadikan lokasi pengungsian korban letusan Gunung Merapi. “Sekolah ku masih dipakai untuk pengungsian, jadi aku belum bisa sekolah. Aku baru bisa sekolah hari Selasa (14/12),” kata Iin siswa SDN Mbantur 5. Selain sekolahnya masih digunakan untuk barak pengungsian, banyak juga sekolah yang hancur akibat terjangan Wedhus Gembel Gunung Merapi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Yani siswa SDN Mbantur 1. “Sekolahku udah hancur dan tidak bisa dipakai lagi.” Ujarnya. Sebagian besar dari anak-anak pengungsi tersebut belum tahu kapan mereka bisa berkumpul dan belajar dengan teman-teman sekolahnya. Dari 8 (delapan) desa di Mbantur, 7 desa luluh lantah akibat terjangan awan panas Gunung Merapi. Banyak rumah warga dan hewan ternak yang habis di lahap wedhus gembelGunung Merapi. Hingga kini, para pengungsi masih menunggu janji pemerintah setempat untuk mengganti ternak dan rumah mereka. Bagi warga yang rumahnya sudah luluh lantak ataupun yang tidak, pemerintah setempat sudah membuat shelter untuk 300 keluarga atau sekitar 850 jiwa yang berada di barak pengungsian Kepoh Harjo. Bagi pengungsi yang rumahnya tidak terkena terjangan wedhus gembel, mereka belum bisa kembali kerumah. Selain abu di sekitar perkampungan dan jalanan masih tebal, listrik di desa mereka juga mati begitu pula dengan saluran air bersih juga belum bisa diakses oleh warga. Untuk sementara, pengungsi yang rumahnya selamat, mereka hanya kembali kerumah untuk membersihkan rumah mereka dari abu merepai. Suasana menarik terlihat di dapur umum pengungsian Kepoh Harjo. Ibu-ibu pengungsi bersama Kowal (Komandan Wanita Angkatan Laut) membuat masakan dan minuman untuk para pengungsi di barak tersebut. Mereka juga mengirimkan makanan untuk bapak-bapak yang sedang membersihkan selokan yang penuh abu, membuat shelter, dan lain sebagainya. Meletusnya Gunung Merapi tidak menghapus kebersamaan dan canda tawa anak-anak setempat meskipun mereka berada di pengungsian. (nonoy/black) |