Paparan Fasilitator Lingkungan Kelurahan Se Surabaya Untuk Green Heroes
Surabaya- Dua puluh enam fasilitator lingkungan hidup kelurahan di Surabaya secara bergantian memaparkan program lingkungan yang menjadi program kerja masing-masing wilayah mereka, Jumat (3/12). Pemaparan program tersebut bukanlah bagian dari program Surabaya Berwarna Bunga 2010 Green & Clean, ataupun mempengaruhi penilaian akhir dari program Surabaya Berwarna Bunga 2010. Pemaparan yang digelar di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Surabaya tersebut untuk memilih fasilitator lingkungan se Surabaya yang layak mendapat gelar Green Heroes.
Selama sekitar 10 menit, masing-masing fasilitator lingkungan hidup kelurahan memaparkan program di hadapan tim evaluasi yang terdiri dari Tunas Hijau, Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Surabaya, Jawa Pos dan Tim Semanggi Surabaya. Berbagai program lingkungan hidup unggulan jangka pendek, menengah dan jangka panjang, dipaparkan pada kesempatan tersebut. Seperti halnya Fauzan, fasilitator lingkungan kelurahan Gundih, yang sudah sejak 2006 terjun dalam upaya memperbaiki lingkungan di wilayah kelurahan Gundih.
Menurut Fauzan, menjadi fasilitator lingkungan harus mampu melihat potensi dan karakter warga di wilayah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan kader lingkungan untuk membuat program lingkungan hidup yang diminati oleh warganya. Seringkali, lanjutnya, sosialisasi lingkungan yang digelar di kampung-kampung dirasa belum cukup untuk menarik minat warga dalam hal memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Alasannya, tidak semua warga paham akan penjelasan yang disampaikan oleh narasumber.
“Berdasar alas an itulah, saya menerapkan metode observasi karakter dari warga. Jika sudah dapat, maka saya akan menentukan langkah kerja dan program lingkungan yang cocok untuk wilayah tersebut,” ujar Fauzan. Selain harus mampu melihat potensi dan karakter warganya, fasilitator lingkungan juga harus mempunyai sikap sabar dalam mengajak warga yang tidak semuanya sepaham dengan para fasilitator tersebut. Seperti halnya yang disampaikan oleh Herlina dari Kelurahan Peneleh. Menurut Herlina, kalau tidak sabar yang muncul hanyalah sikap emosi yang bisa memunculkan pertikaian antar warga.
Herlina yang juga ketua RW di kelurahan Peneleh menambahkan bahwa perlu adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga, karena waktu luang untuk para fasilitator lingkungan nyaris hanya saat malam hari saja. “Perlu komunikasi keluarga, karena menjadi fasilitator lingkungan adalah pekerjaan sosial yang tidak dibayar, namun membutuhkan pengorbanan yang besar, diantaranya waktu, tenaga dan pikiran,” kata Herlina. (black)