Bila Cerah, 100 Lembar Kertas Daur Ulang Siap Pakai Bisa Dihasilkan
Surabaya- Jika di Eco Mobile Coca-Cola, yang setiap hari menggelar pembinaan lingkungan hidup di sekolah-sekolah dan komunitas, terdapat program penyuluhan daur ulang kertas bekas, maka di markas Tunas Hijau juga ada unit produksi kertas daur ulang. Pembuatan kertas daur ulang ini dilakukan dengan cara yang sama seperti cara-cara pembuatan kertas daur ulang pada saat workshop lingkungan yang digelar di sekolah-sekolah.
Adalah Feriyanto, salah satu aktivis Tunas Hijau yang setiap harinya bertanggung jawab mengolah kertas-kertas bekas yang ada di markas Tunas Hijau. Selama seminggu ini Ferry mampu menghasilkan empat ratus lembar kertas daur ulang siap pakai. Feri menuturkan bahwa kertas daur ulang ini dibuat dengan bahan baku kertas koran bekas dan kertas HVS bekas yang telah dipakai kedua sissinya. Meskipun dikerjakan dengan cara manual menggunakan screen sablon dengan kainchamois (kanebo) dan spons untuk mengurangi kandungan air, Feri mampu menghasilkan lebih limapuluh lembar kertas ukuran A4 setiap harinya.
Selama sepekan ke depan Feri berencana membuat kertas lebih banyak lagi. Bukan hanya kertas putih polos saja, tapi juga kertas aneka warna dengan tehnik pewarna organik menggunakan bahan-bahan alami seperti pucuk daun jati untuk warna merah dan daun pandan suji untuk mendapatkan warna hijau. Feri juga berencana untuk membuat kertas lainnya yang seukuran, namun lebih tebal serupa dengan kertas karton. Berbeda dengan kertas cebelumnya yang lebih tipis, untuk kertas yang lebih tebal mendekati karton, Feri menggunakan bahan baku dari kardus bekas.
Masih dalam keterangan yang disampaikan Feri, kertas-kertas yang dihasilkan akan diolah menjadi berbagai produk siap pakai. Produk-produk tersebut seperti amplop, buku catatan dan kertas karton. “Buku catatan, amplop, dan barang jadi lainnya akan digunakan sebagai reward untuk peserta pelatihan, serta produk contoh yang dibuat dengan bahan dasar kertas daur ulang. Berikutnya produk-produk ini juga diharapkan layak jual,” kata Feriyanto.
Diantara kendala yang dialami Feri selama pembuatan kertas daur ulang adalah sinar matahari. Pengeringan kertas yang telah dicetak dengan menggunakan screensablon sangat bergantung pada sinar matahari. Kondisi akhir-akhir ini yang cenderung hujan dan selalu berawan mempengaruhi waktu penegeringan kertas.“Butuh waktu lebih lama untuk mengeringkan kertastanpa sinar matahari terik,” ungkap Feriyanto.
Hal lain yang menjadi kendala adalah alat untuk menghancurkan kertas yang masih menggunakan blender pada umumnya. Kapasitas kertas yang dihancurkan tidak sesuai dengan kemampuan blender. Kemungkinan blender menjadi cepat rusak sangat besar terjadi.
Dengan mendaur ulang kertas seperti ini Feri mempunyai impian agar kedepannya segala hal aktifitas administrasi Tunas Hijau tidak mebutuhkan atau membeli kertas baru lagi. Jika membutuhkan kertas sewaktu-waktu tinggal menggunakan kertas daur ulang siap pakai yang dibuat sendiri. (geng)