Penyiraman Tanaman Massal Menggunakan Air Selokan dan Sisa Minuman
Surabaya- Peringatan Hari Air Sedunia 22 Maret dilakukan para siswa SMP Negeri 19 Surabaya dengan menggelar penyiraman tanaman menggunakan air bekas, Selasa (22/3), yang juga bagian dari pembinaan lingkungan hidup dalam rangka Sekolahku Peduli Lingkungan. Penyiraman itu dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya siram-siram tanaman biasa, tetapi hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk melakukan penghematan air di sekolahnya. Penyiraman tanaman ini dilakukan dengan memanfaatkan air bekas minum, air sisa AC (pendingin ruangan) dan air dari saluran air depan sekolah mereka. Nampak pemandangan para siswa yang sedang mengambil air dari saluran di depan sekolah untuk menyiram tanaman di sekolah. “Tindakan ini digunakan sebagai proses mengajak siswa lain agar mau memanfaatkan air bekas untuk menyiram tanaman di sekolah” ujar Wedyandini,siswi kelas 8D, setelah selesai menyiram tanaman. Pada pembinaan ini, aktivis Tunas Hijau Anggriyan Permana memberikan satu iming-iming berupa pembuatan video liputan tentang program lingkungan hidup yang telah dilakukan sekolah. Tujuannya, selain memantau perkembangan program Sekolahku Peduli Lingkungansecara fisik, video ini juga sebagai media promosi yang bisa mengangkat nama sekolah dan berbeda dengan sekolah-sekolah lain. “Dari program yang sudah dilakukan, yang diharapkan bukan hanya sekedar program dapat berjalan sesaat kemudian berhenti begitu saja. Tetapi, perubahan dari perilaku siswa sehari-hari juga menjadi peduli lingkungan hidup juga dibutuhkan,” kata Anggriyan. Iming-iming video liputan tersebut membuat motivasi siswa untuk merealisasikan programnya menjadi terangkat. Tidak butuh waktu lama, beberapa siswa langsung mencoba mengungkapkan ide untuk menambah pembuatan video liputan tentang program lingkungan di sekolah mereka. Tambahan ide tersebut seperti membuat tulisan ajakan untuk siswa lainnya turut serta dalam kegiatan tersebut sekaligus mengenalkan program terbaru dari mereka. Sementara itu, Salsacil Sabila, siswi kelas 8D, mengaku bahwa program lingkungan yang sudah dibuatnya bersama perwakilan siswa yang kemarin mengikuti pembinaan program Sekolahku Peduli Lingkungan ini merasa kurang sosialisasi kepada siswa yang lainnya. “Kami merasa kurangnya dukungan dari siswa yang lainnya untuk merealisasikan program lingkungan adalah salah satu kendalanya. Penyebabnya, karena minimnya sosialisasi program kepada siswa yang lainnya,” jelas Salsa yang juga anggota Kader Tiwisada sekolah. Sementara itu, beberapa guru SMP Negeri 19 menyarankan agar rencana program lingkungan hidup yang telah dibuat para siswa segera dikomunikasikan dengan guru-guru dan pimpinan sekolah. “Jangan sampai program ini hanya sekedar rencana atau omongan saja tanpa tindakan nyata. Untuk membuat hal itu menjadi kenyataan harus segera ditindaklanjuti dengan melibatkan segenap warga sekolah,” ungkap Salsa mengutarakan saran yang telah disampaikan kepadanya. Bekti Dyah, guru pembina lingkungan SMP Negeri 19, menyatakan siap membantu siswa dalam menyosialisasikan program lingkungan yang sudah dijalankan sekolah kepada seluruh warga sekolah. Tidak hanya siswa, tapi juga pengelola kantin dan semua guru agar ada kerjasama. “Seluruh warga sekolah harus mengetahui program itu, karena memudahkan tim Kader Tiwisada dalam menjalankannya. Semua warga sekolah juga harus bersikap aktif dalam menyikapi program ini. Untuk rencana berikutnya, akan diselenggarakan Taman Toga untuk seluruh siswa kelas 7 dan 8. Selanjutnya, Taman Toga ini akan dilombakan antar kelas untuk mendapatkan penghargaan tropi dari sekolah,” ujar Bekti Dyah saat memberikan evaluasi program lingkungan hidup sekolah sebelum pembinaan berakhir. (ryan) |