SMPN 28 Suguhkan Hutan Buah Dan Apotik Puring Sekolah

Surabaya- Hutan Buah dan APSO (Apotik Puring Sekolah) menjadi bagian dari inovasi lingkungan hidup yang dibuat oleh siswa kader lingkungan SMP Negeri 28 Surabaya untuk program Sekolahku Peduli Lingkungan. Hutan buah yang dimaksud adalah tindak lanjut dari kegiatan tanam pohon yang sudah terlebih dulu dijalankan. Seperti yang diucapkan Ari Dewi L, siswa kelas 8D, saat pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau di sekolahnya, Selasa (15/3). “Dinamakan hutan buah karena umumnya hutan itu identik dengan pepohonanpeneduh, namun hutan yang satu ini penuh dengan pepohonan berbuah. Seperti pohon mangga, jambu, sawo dan jambu biji merah,” tutur Ari Dewi, siswa yang juga menjabat sebagai ketua kader lingkungan SMP Negeri 28 ini.

Tidak hanya hutan buah, APSO (Apotik Puring Sekolah) juga menjadi salah satu program andalan mereka. Dalam program APSO, uniknya siswa tidak hanya menanam tanaman berkhasiat obat atau biasa disebut Toga seperti kayu putih, kunyit dan jeruk purut.Siswa juga membuat petakan lahan khusus untuk tanaman puring semua yang akan mereka olah sendiri hasilnya. Nanda Rizal Pahlawan, siswa kelas 8C,mengatakan bahwa pada program APSO ini tidak sekedar meminta siswa tahucara menanam dan merawatnya saja.“Melalui APSO ini, siswa dapat memanfaatkan Toga ini untuk dibuat jamu atau kegunaan lainnya,” ucap Nanda, salah seorang kader lingkungan yang lainnya.

Puluhan siswa kader lingkungan itu juga mendapatkan materi singkat tentang peran media komunikasi di sekolahnya. Aktivis Tunas Hijau Satuman menjelaskan bahwa dalam bermasyarakat dengan semua warga sekolah, setiap siswa tidak pernah lepas dengan yang namanya media komunikasi. ”Iya, media komunikasi di sekolah itu penting banget, karena dari cara kamu berinteraksi dan berpenampilan, orang lain akan bisa mengenal karakter kamu. Jangan sampai orang bingung menilai karakter kalian,” ujar Satuman saat penyampaian materi ini.

Kemudian, puluhan kader lingkungan sekolah yang berlokasi di kawasan Lidah Wetan Surabaya juga mendapatkan wawasan lingkungan mengenai energi. Dengan menampilkan slide-slide yang menggambarkan penggunaan jenis lampu serta pemakaiannya yang menghasilkan karbon,penggunaan kertas setiap harinya di sekolah yang menyebabkan hutan kehilangan 1 pohonnya dalam tiap kali produksi.

Di sisi lain, untuk mendukung program dan materi yang sudah diberikan oleh Tunas Hijau, Satuman juga memperkenalkan satu pola pembelajaran kepada mereka. ”Dari Siswa, Untuk Siswa dan Oleh Siswa” diperkenalkan Satuman sesaat setelah menyampaikan wawasan lingkungan. Aktivis berperawakan tinggi ini memberikan contoh seperti kader lingkungan membawa tempat makan dan minum sendiri saat di kantin sekolah. Kemudian secara bersama kader lingkungan jugamenggelar makan bersama di teras atau di kantin sekolah sekaligus sosialisasi untuk mengajak siswa yang lainnyamembawa tempat makan dan minum sendiri seperti mereka. ”Dengan begitu, volume sampah plastikdan sampah non organik yang lainnya jadi berkurang kan?” jelas Satuman.

Sementara itu, Diamah, guru pembina lingkungan SMP Negeri 28 mengaku bangga dengan yang sudah dilakukan anak didiknya. “Dari program ini tidak hanya kader lingkungan yang terlibat, tetapi semua warga siswa. Seperti yang sudah saya lakukan, saya mengajak siswa kelompok KIR (Karya Ilmiah Remaja) untuk membuat sampai memanfaatkan kertas daur ulang menjadi bentuk lain atau poster lingkungan,” tungkas Diamah sebelum pembinaan ini berakhir. (ryan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *