Urban Farming, Tabulampot, Pengomposan Dan Lubang Resapan Ala SMPN 4

Surabaya- Sekolah yang sejuk, bersih, rindang, nyaman dan indah menjadi dambaan seluruh siswa. Tidak terkecuali para siswa SMP Negeri 4, seperti yang disampaikan oleh sekitar 60 siswa peserta pembinaan lingkungan hidup dalam rangka program Sekolahku Peduli Lingkungan, Senin (21/3). “Untuk mewujudkan SMP Negeri 4 yang bersih, indah dan rindang itu, kami telah mulai melaksanakan beberapa program lingkungan hidup, yaitu Tabulampos (tanaman buah dalam pot), keranjang komposter handmade, lubang resapan biopori dan tanaman gantung,” jelas Amelia, siswa yang juga kader lingkungan SMP Negeri 4.

Pada pembinaan ini, Tunas Hijau membahas permasalahan  air yang dikelompokkan menjadi3. Yaitu  kekurangan, kelebihan dan pencemaran air. “Komposisi air  yang ada di bumi ini adalah 97 % berupa air laut  dan 3% berupa air tawar atau air yang bisa dikonsumsi. Sebagian besar dari air tawar di muka bumi ini berada di kutub utara dan kutub selatan dalam bentuk gunungan es,” ujar aktivis Tunas Hijau Satuman. Tema air ini khusus dibahas untuk memperingati Hari Air Sedunia 22 Maret.

Untuk memotivasi mereka, Tunas Hijau memberikan bonus berupa pembuatan video liputan tentang program lingkungan yang sudah mereka jalankan  di sekolahnya. “Video liputan ini sebagi bonus karena kalian mengadakan kegiatan lingkungan untuk dalam rangka Hari Air Sedunia. Video ini juga bisa menjadi ajang promosi buat sekolah kalian agar bisa dikenal oleh sekolah lain di Surabaya dan di dunia,” ujar aktivis Tunas Hijau Satuman bersama Anggriyan Permana.

Dalam pembuatan video liputan itu, Arfika Sasha, siswa kelas 8D ini menjelaskan tentang inovasi lingkungan yang ada di sekolahnya. Seperti layaknya seorang penjual yang mempromosikan produknya, Fika menjelaskan tentang proses pembuatan keranjang komposterhandmade ala siswa. “Komposter inikami buat karena kami ingin membuat sesuatu yang berbeda darikomposter pada umumnya. Seperti menggunakan kardus bekas dengan rajutan tali raffia. Komposter ini jugamenggunakan tempat sampah dengan menggunakan sekam dari serbuk kayu atau gergajiuntuk bahan penyerap bau busuk dan cairan sampah yang dihasilkan. Tidak butuh biaya mahal untuk membuat komposter ini,” jelas Fika.

Lubang resapan biopori pun dijelaskan kepada aktivis Tunas Hijau Anggriyan saat mengambil gambar video Kader Lingkungan yang mempromosikan inovasi lingkungannya ini. Seperti yang dijelaskan Ayu Sekarwati, salah satu kader lingkungan, terlihat mengambil hasil pupuk yang ada di dalam lubang biopori itu. “Lubang biopori yang kami buat ini berisi bermacam-macam jenis sampah organic. Ada yang berisi dedaunan kering, sisa sayur-sayuran, serabut kelapa dan jenis sampah basah lainnya. Lubang ini juga berfungsi mencegah genangan air hujan,” tutur Ayu.

Beberapa siswa juga terlihat sedang menyiram tanaman pertanian perkotaan (urban farming)seperti bayam, cabai dan tomat yang ada di depan kelas dengan menggunakan polibag yang memanfaatkan bungkus-bungkus deterjen yang ada di sekolah. “Semua tanaman urban farming ini berasal dari siswa yang membawa bibit tanamannya dari rumah untuk ditanam di sekolah” tambah Ayu Sekatwati.

Di akhir pembinaan, Tyas, guru pembina lingkungan SMP Negeri 4 menyatakan mendukung dan akan memfasilitasi setiap program yang direncanakan siswanya. “Saya sebagai perwakilan guru mendukung setiap program yang direncanakan siswa. Apalagi menyambut SMP Negeri 4 yang menjadi sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Makanya kedatangan Tunas Hijau sangat membantu siswa dalam memotivasi dan mendukung setiap program lingkungan yang direncanakan siswa,” ucap Tyas sebelum pembinaan berakhir.(ryan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *