Ingatkan Orang Yang Sedang Membakar Rumput
Oleh: Finalis Pangeran Lingkungan Hidup 2010 Nala Panji S.*)
Pergi ke daerah pegunungan seperti kota Malang dan sekitarnya terasa asyik. Alasannya, hawanya terasa sejuk dan lebih tidak tercemar kondisi udaranya. Terlebih bagi saya yang setiap hari tinggal di daerah perkotaan seperti Sidoarjo dan Surabaya yang penuh dengan kendaraan berknalpot dan cerobong pabrik. Belum lagi kepadatan penduduk Sidoarjo dan Surabaya yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kawasan Malang dan sekitarnya.
Pergi ke Malang, tepatnya di daerah Sukun, seperti menjadi agenda rutin bagi saya dan keluarga saya. Biasanya kunjungan ke Sukun, Malang itu kami lakukan seminggu sekali dengan menggunakan mobil keluarga. Ayah yang biasanya bertindak sebagai pengemudi mobil ini. Di Sukun itu, rumah adik sepupu ada tujuan saya.
Suatu ketika, saya melihat ada seorang warga yang tinggal di sekitar rumah adik sepupu saya sedang membakar rumput-rumput kering dalam jumlah banyak. Sepertinya rumput kering itu diperoleh dari pemotongan tanaman liar di salah satu kebun atau pekarangannya. Melihat pemandangan ini, saya menjadi merasa terpanggil untuk mendekati si bapak yang sedang membakar rumput itu. Setelah berada dekat si pembakar rumput itu, saya pun meminta aktivitas membakar rumput itu dihentikan.
“Permisi, Pak. Mengapa rumput-rumput kering itu dibakar? Apakah tidak sebaiknya pembakaran rumput ini segera dihentikan karena membuat pencemaran udara di desa ini menjadi tercemar,” kata saya. Mendengar ucapan saya, kali pertama, si Bapak itu tidak menggubrisnya dan meneruskan pembakaran sampah itu.
Saya pun meneruskan ucapan saya dengan memohon agar pembakaran rumput itu dihentikan. “Saya memohon pembakaran rumput ini bisa dihentikan karena mengganggu pernafasan masyarakat sekitar. Sebaiknya rumput itu diolah jadi kompos atau dijadikan makanan ternak,” kaya saya. Alhamdulillah seketika itu juga aktivitas pembakaran rumput dihentikan. (*)
*) Nala Panji saat ini adalah siswa SD Hang Tuah 10 Juanda Sidoarjo