Mangrovisasi Pantai Larangan Kenjeran Yang Penuh Endapan Lumpur

Surabaya- Monica Hartono, Vania Josephin, Rex Gosal dan Sophia Prameswari berhak untuk berbangga diri. Lewat lima kali aksi pementasan teater boneka bertema Naturerock n’ roll, empat siswa SD Ciputra ini berhasil mengumpulkan sampah non organik seharga hampir setengah juta rupiah (Rp. 500.000,-). Sampah-sampah bernilai jual ini didapatkan dari penonton yang berasal dari kelas I hingga kelas IV sebagai tiket masuk pentas teater boneka. Dengan dana yang didapat dari usaha keras tersebut, keempat anak ini mampu membiayai seluruh kebutuhan penanaman 60 bibit pohon mangrove atau bakau.

Penanaman bibit pohon magrove ini ini dilakukan di pantai Larangan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Kenjeran, KotaSurabaya. Kondisi pantai yang penuh dengan endapan lumpur hingga setinggi pinggang orang dewasa inilah yang membuat keempat anak ini jatuh prihatin dan menjadikan pantai ini sebagai lokasi penanaman bibit pohon bakau (mangrove).

Seperti yang terlihat pada saat pelaksanaan penanaman, keempat siswa dengan didampingi tiga orang aktivis Tunas Hijau dan beberapa guruSD Ciputra ini sangat antusias melakukan penanaman bibit pohon bakau. Area penanaman tergolong sangat sulit dengan ketebalan endapan lumpur yangmenyebabkan kendala tersendiri.

Monika Hartono mengungkapkan bahwa sangat sulit untuk melangkahkan kaki pada hamparan endapan lumpur dengan ketebalan seperti pantai Larangan ini, sangat sulit untuk mengangkat kaki kalau sudah terbenam dalam lumpur. “Kalau berdiri terlalu dalam di lumpur, perlahan-lahan kita akan semakin tenggelam semakin dalam,” ungkap Monika dengan ekspresi ngeri.

Beruntunglah pada saat penanaman juga ikut serta beberapa warga sekitar diantara Saman yang berprofesi sebagai petani budidaya mangrove. Saman sudah menyiapkanbeberapa papan kayu dengan ukuran sekitar60 x 200 Cm yang dapat digunakan sebagai papan luncur untuk mengantar anak-anak ini hingga sampai pada lokasi penanaman yang dituju.

Papan-papan kayu ini sejatinya digunakan oleh nelayan setempat untuk mencari aneka kerang pada saat laut surut. Cukup dengan jongkok di salah satu ujung papan dengan satu lutut bertumpu pada papan sementara kaki yang lain sebagai pengayuh dengan menjejak lumpur. Dengan cara seperti ini, akhirnya bibit–bibit mangrove tersebut dapat tertanam sesuai dengan rencana. (geng)