Pentas Drama Warnai Pembelajaran Lingkungan Hidup SMP 26

Surabaya- Pemaparan tentang pemanasan global mewarnai pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup yang diberikan Tunas Hijau kepada para siswa SMP Negeri 26, Rabu (11/5). Pemaparan ini diawali dengan diskusi kelompok tentangpemanasan global dan hubungannya dengan materi-materi lingkungan yang sudah pernah mereka terima, seperti sampah, energi, air dan pohon. Setiap kelompok terdiri atas 5-6 siswa dengan melibatkan 120 orang siswa yang berasal dari 3 kelas sekaligus yakni kelas 8B, 8D dan 8I.

Mulanya, beberapa perwakilan kelompok sempat kebingungan dengan maksud dari pemaparanyang harus mereka lakukan ini.Namun setelah penggiat Tunas Hijau Anggriyan menjelaskan bahwa presentasi yang akan mereka lakukan nanti hasilnya akan dijadikan sebagai panduan nilai akhirUjian Akhir Semester (UAS) akhir Mei ini, mereka jadi paham. “Tujuan presentasi ini adalah untuk meminimalkan resiko kegagalan seperti yang terjadi saat Ujian Tengah Semester (UTS) kemarin. Sekaligus hasil kerja kalian ini akan menjadi bahan belajar kalian menghadapi ujian,” jelas Anggriyan kepada siswa.

Setelah 10 menit waktu yang diberikan untuk berdiskusi usai, setiap kelompok pun diminta memaparkan hasil diskusinya di depan teman-temannya. Dengan memberikan iming-iming hadiah berupa stiker lingkungan untuk kelompok yang pertama kali memaparkan hasil diskusinya, membuat para siswa ini berebut ingin menjadi kelompok pertama yang melakukan pemaparan. “Ayo kelompok siapa yang berani tampil presentasi hasil diskusinya terlebih dulu akan saya beri hadiah stiker lingkungan ini,” kata Rian sapaan akrab penggiat Tunas Hijau ini.

Tak pelak, hadiah ini membuat suasana pemaparan prsentasi menjadi meriah penuh aroma persaingan untuk jadi yang pertama. Dan akhirnya kelompok Afriani Dwi R menjadi yang pertama memaparkan hasil diskusinya. Berbekal selembar karton dan buku catatan masing-masing, Afriani dan kelompoknya menjelaskan tentang pemanasan global atau global warmingdan kaitannya dengan permasalahan sampah. Dalam pemaparannya, Afriani menggunakanmedia gambar bumi dan kondisi lingkungan yang penuh sampah.

Afriani Dwi R mengatakan bahwa sampah organik yang tidak terolah dan akhirnya menumpuk lama-kelamaan akan mengeluarkan gas metana, yang akhirnya menyebabkan pemanasan global.“Karena gas metana ini termasuk dalan Gas Rumah Kaca yang merupakan penyebab globalwarming. Dan gas methana ini panasnya 20 kali lebih panas dari gas karbondioksida,” tutur Afriani siswa kelas 8A ini sambil menunjukkan gambar kondisi lingkungan yang ada di karton.

Sementara itu, berbeda dengan kelompok Novitasari, dengan menggunakan media komunikasi seni drama, Novita dan teman-temannya membawakan cerita tentang hubungan antara pohon dengan pemanasan global. Penyampaian dengan pementasan drama ini terbukti mengundang tawa kelompok lain yang tampak serius memperhatikan aksi mereka. Dalam drama ini mereka menyampaikan satu informasi tentang minimnya jumlah hutan yang ada di Indonesia akibat semakin maraknya penebangan hutan secara liar.

“Hai Fandi, mengapa kamu menebangi pohon ini? Kamu tahu tidak apa bahayanya jika pohon ini kamu tebangi? Kalau pohon ini banyak ditebangi, maka tidak ada yang bisa menyerap gas karbondioksida maupun gas lainnya. Akibatnya karbondioksida akan semakin banyak menumpuk di udara yang hal itu akan menyebabkan pemanasan global. Jadi fungsi pohon itu penting sekali bagi bumi,” ujar Sekar salah satu tokoh yang diperankan Novitasari siswa kelas 8G ini dalam kutipan cerita yang mereka bawakan.

Dalam presentasi ini, tidak hanya berjalan satu arah, melainkan dua arah. Jika ada yang bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi, maka akan mendapatkan reward berupa stiker dengan pesan-pesan lingkungan. Menurut Nurhayatiningsih, salah satu guru pembinalingkungan SMP Negeri 26, melalui metode ini, dirinya berharap agar siswa dapat memaksimalkan kesempatan dan waktu yang sudah tersedia. Mengingat, untuk pembelajaran lingkungan hidup ini hanya diberikan dua kali setiap minggunya yakni setiap hari selasa untuk kelas 8 dan rabu untuk kelas 7.

Dengan durasi waktu 2 x 45 menit setiap pertemuannya dan langsung diikuti dua kelas sekaligus. “Saya berharap agar nantinya siswa bisa memaksimalkan bahan presentasi ini sebagai bahan acuan belajar menjelang Ujian Akhir Semester yang berlangsung akhir Mei nanti. Paling tidak sebisa mungkin mereka meminimalkan resiko mendapat nilai terendah atau bahkan remidi (mengulang kembali) pada saat UAS nanti,” tutur Nurhayati di sela-sela pemaparan presentasi. (rian)