Ajakan Tidak Hanya Peduli Lingkungan di Sekolah Muncul Pada Penyuluhan LH Part IV SMA
Surabaya- SMKK Mater Amabilis Surabaya menjadi tuan rumah penyuluhan lingkungan hidup pelajar se-Surabaya gelombang keempat, Kamis (28/7). Acara yang diprakarsai Badan Lingkungan Hidup Surabaya ini diikuti oleh perwakilan peserta dari SMAN 4, SMAN 5, SMAN 6, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 19 dan SMA Metrika Surabaya. Tingkat SMA sendiri merupakan satu-satunya dari limagelombang pelaksanaan penyuluhan LH yang direncanakan pemerintah Kota Surabaya.
Beragam inovasi lingkungan hidup tersaji di kawasan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidupyang terletak di kawasan kecamatan Tambaksari ini. Mulai dari lubang resapan biopori, komposter, Instalasi Pengolahan Air Limbah bahkan pengolahan air mentah yang bisa langsung diminum/filterisasi air dapat ditemui di SMKK Mater Amabilis. Karya inovatif filterisasi air tersebut merupakan yang pertama kalinya digunakan di lingkungan sekolah yang ada di kota Pahlawan ini.
“Melalui program penyuluhan LH ini diharapkan banyak sekolah terpacu untuk menjadi sekolah Adiwiyata”, urai Satrio Eko Wibowo, Kasubbid Peningkatan dan Penyuluhan Kualitas Lingkungan BLH Kota Surabaya terkait diadakannya kegiatan ini. Diskusi interaktif pun turut digelar untuk saling sharing program lingkungan hidup di sekolah masing-masing. Secara bergantian peserta saling menyampaikan kondisi sekolahnya.
Materi Tunas Hijau sendiri yang dberian oleh Ayu Rahmawati dan Sri Fitriyah menyampaikan pentingnya menerapkan kebiasaan ramah lingkungan yang peserta dapatkan di sekolah dalam kesehariannya. Menurut survei lapangan yang pernah dilakukan kedua mahasiswi Sosiologi Universitas BrawijayaMalang tersebut, sering dijumpai pelajar sekolah yang membuang sampah sembarangan saat diangkutan umum. Banyak sampahberserakan di kolong kursi maupun selipan samping kursi. Tak heran angkutan umum di Surabaya terkesan kumuh dan jorok.
“Perilaku peduli lingkungan yang telah diterapkan di sekolah tentunya akan semakin bermanfaat juga jika bisa diterapkan dalam keseharian, seperti angkutan umum yang digunakan untuk berangkat ke sekolah,” urai Sri Fitriyah.
Sebuah pengalaman juga turut diceritakan oleh Lukman Hakim, siswa SMKK Mater Amabilis. “Saat saya naik angkutan umum bila saya melihat sampah di angkutan umum tersebut ya saya ambil dulu kemudian setelah saya turun saya buang ke tempat sampah,” ujarLukman. Tindakan baik yang dilakukan Lukman terkadang menuai cibiran dari temannya, karena dianggap sok. Namun, demi menjaga lingkungan dia tidak peduli dengan ucapan orang. Perbuatan seperti ini yang seyogyanya juga turut dilakukan pelajar lainnya, sebab setiap sekolah selalu mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan. (fitri/ayu)