MOS SMKK Mater Amabilis Mendiskusikan Bahaya Plastik

Surabaya- Konsumsi plastik besar-besar membuat produsen plastik menghasilkan limbah produksi yang banyak mencemari lingkungan. Pernyataan itu disampaikan oleh Septian Yudha, pegiat Tunas Hijau,  saat mengawali pembinaan lingkunganhidup Tunas Hijau pada Masa Orientasi Siswa Baru SMKK Mater Amabilis, Jumat (15/7). Sebanyak 180 siswa baru memadati ruangan serba guna SMKK Mater Amabilis, dengan perasaan miris yang terlihat dari raut wajah masing–masing peserta akibat gambaran bahaya plastik yang disampaikan Tunas Hijau itu.

Dengan badan tegap dan suara yang lantang, Bunga menyampaikanketidaktahuannya mengenai bahaya sampah plastik seperti yang disampaikan oleh Septian.“Bagaimana seharusnya kita bersikap dengan plastik dan sampah plastik?” tanya Bunga. Serangan pertanyaan dari peserta membuktikan pembinaan ini mendapat respon yang baik dari peserta. Tidak sedikit fakta–fakta plastik dibahas dalam pembinaan,terlebih limbah dari produksi plastik yang dapat mencemari air tanah. Bahkan gambaran masa depan lingkungan juga diungkapkan dengan adanya fakta–fakta lingkungan yang ada saat ini.

4 mahasiswa Universitas Brawijaya yang sedang Kuliah/Kerja Praktek juga ikut andil dalam pembinaan di sekolah ini. Mereka membagikan pengetahuan mengenai kepedulian terhadap transportasi umum. “Kebiasaan masyarakat ketika naik transportasi umum hanya sebatas memakai fasilitas tanpa ada kepedulian dan rasa memiliki. Sehingga banyak sekali kita menjumpai transportasi umum yang kumuh,” ungkap Gayuh, mahasiswa Universitas Brawijaya. Tidak adanya sarana dan prasarana memicu perilaku tidak ramah lingkungan dalam tranportasi, seperti tidak adanya tempat sampah dan kurangnya media informasi kepadamasyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan di dalam sarana tranportasi.

Kebiasaan pengunaan plastik di Indonesia sangatlah buruk, didukung dengan jumlah orang yang mengerti bahaya plastik angkanya masih kecil. Penggunaan plastik harus bisa dikurangi. Terlebih bisa dimulai dari sekolah, tidak hanya mengandalkan proses daur ulang dan pemanfaatan plastik, karena prinsip pertama dari pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse dan Recyle) yaitu sedapat mungkin mengurangi timbulnya sampah. Banyak fakta yang ditemui dari permasalahan yaitu tentang pemanfaatan plastik menjadi barang–barang kerajinan, hal ini bisa mengubur prinsip pengolahan sampah yang sebenarnya.

Sementara itu, partisipasi dari pihak guru juga memberikan contoh yang positif bagi siswa baru, rasa kepedulian terhadap lingkungan juga terlihat tumbuh di setiap siswa. Sebelum pembinaan bersama Tunas Hijau, seluruh pihak sekolah mengadakan kegiatan kerja bakti bersih–bersih lingkungan sekolah. Pada kerja bakti tersebut terlihat siswa senang dalam melakukan bersih–bersih dan suka dengan suasana bersih. Tindakan ini berkat Joko Wismono, guru pegiat lingkungan yang tidak lelah dalam mengajak untuk peduli lingkungan, tidak hanya aktif mendrong tapi dirinya sendiri juga aktif dalam berpartisipasi kegiatan lingkungan. Misalnya, tanam pohon bersama, lomba lingkungan dan seminar lingkungan.(1man)