Pentingnya Membiasakan Sikap Peduli Pada Anak

Kepala “Sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri” SDN 12 Benhil Jakarta Pusat Murliati *)

Dulunya, SDN 12 Benhil Jakarta Pusat adalah sekolah percontohan. Di satu kecamatan ada satu sekolah percontohan. Dipilihnya sekolah ini sebagai percontohan, tentunya karena kriteria yang bagus. Diantaranya, sekolahnya tunggal atau tidak komplek, bersih, kualitas lulusannya bagus, muridnya banyak dan masyarakat senang menyekolahkan di sekolah ini. Namun, setelah 10 tahun berselang, tepatnya kali pertama saya di sekolah ini tahun 2004, kriteria-kriteria percontohan di SDN Benhil 12 sudah tidak nampak lagi. Di sekitarnya banyak sampah dan bisa dikategorikan kotor.

Langkah pertama setelah diberi tanggung jawab sebagai kepala SDN 12 Benhil, saya tentunya tidak bisa bekerja sendiri. Guru-guru sekolah ini sebagai orang-orang terdekat saya ajak untuk berembug tentang kondisi sekolah yang sudah sangat ironis dengan label percontohan yang didapat. Ternyata pandangan tentang kondisi sekolah yang buruk juga dimiliki oleh semua guru yang ada. “Mau atau nggak kita rubah sekolah ini menjadi lebih baik?” tanya saya waktu itu. Dijawab oleh guru-guru bahwa mereka bersedia. “Kita apa kata komandan,” kata guru-guru waktu itu.

Kebingungan juga menggelayuti sekolah setelah komitmen bersama dicapai antara kepala  sekolah dan guru untuk memperbaiki kondisi sekolah. Maklum, keadaan ekonomi keluarga warga sekolah waktu itu rata-rata dari golongan menengah ke bawah. Upaya menjalin kerjasama dengan dunia usaha atau pihak lain lantas dirintis untuk melakukan perbaikan sekolah.

Sementara itu, perubahan kondisi lingkungan sekolah tidak boleh hanya dilakukan untuk fisik saja. Non fisik atau khususnya perilaku warga sekolah juga menjadi keharusan. Tidak jarang berbagai protes dan omongan miring disampaikan olah para orang tua saat upaya merubah perilaku peduli lingkungan warga sekolah diterapkan. Alasan bahwa tujuan anak-anak ke sekolah adalah untuk belajar dan bukan untuk menyapu atau milih-milih sampah sering disampaikan para orang tua melalui protes-protes mereka.

Pernah suatu ketika ada ibu seorang siswa yang sedang sakit keras, saat itu suaminya sedang berada di luar kota. Sedangkan pembantu keluarga itu sedang pulang kampung. Setelah ibu itu sembuh dari sakitnya, dia menemui saya dan mengucapkan banyak terima kasih. Saat ditanya lebih lanjut tentang alasan terima kasih itu, si ibu menyampaikan bahwa perilaku dan perubahan sikap peduli anaknya yang diajarkan sekolah sangat membantu proses penyembuhannya. Karena sikap peduli itu, anaknya banyak membantu saat sakit dengan melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah dan menemaninya.

*) Murliati adalah kepala “Sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri” SDN 12 Benhil Jakarta Pusat