Tanpa Himbauan Kebersihan, Kota-Kota di Belanda Tetap Bersih

Ester dengan latar belakang kincir angin khas Belanda

Banyaknya sepeda roda dua yang berjajar rapi di jalanan kota Utrech, negara Belanda membuat suasana kota saat itu tampak begitu ramah. Hal tersebut yang disampaikan  oleh anggota Tunas Hijau Jane Ester, yang mengunjungi negara Belanda beberapa pekan Agustus 2011. Masyarakat Belanda lebih memilih menggunakan transportasi umum dalam bekerja seperti naik bus yang bernama Connextion, sepeda dan perahu-perahu yang digunakan untuk perjalanan melalui sungai.

Menurut masyarakat Belanda, mereka lebih memilih menggunakan sepeda saat akan bekerja bahkan jika mereka mempunyai lebih dari satu orang anak, mereka akan menggunakan kendaraan seperti becak di Indonesia. Becak ini berbentuk gerobak dengan tiga roda, yang biasanya digunakan untuk mengantar anaknya ke sekolah tanpa ada rasa malu atau gengs.

“Saya melihat banyak orang Belanda yang berpakaian rapi, pakai dasi yang nganterin anaknya sekolah menggunakan Becak Belanda yang biasa disebut Babboe itu. Setelah itu mereka pergi ke kantor juga menggunakan sepeda. Tidak ada raut muka malu atau gengsi yang terpancar dari raut muka mereka,” ujar Ester yang saat ini mahasiswi ITS Surabaya.

Pemandangan sungai sebagai salah satu jalur transportasi di kota-kota di negara Belanda

Negara yang mendapat julukan Negeri Seribu Kincir Angin ini mempunyai banyak pesona yang beberapa diantaranya mengarah pada budaya dan kebiasaan masyarakat di Belanda. Seperti kebiasaan memakai sepeda saat bekerja, sungai yang terjaga kebersihannya dan banyaknya kincir angin yang hampir disetiap kota dapat dijumpai. Banyak sungai yang mengelilingi kota Belanda namun jarang terlihat ada sampah yang dibuang di sungai tersebut.

Tidak hanya kondisi sungainya yang bersih dan enak dipandang, kondisi jalanan perkotaan pun terjaga kebersihannya. Tidak ada satu pun sampah yang dibuang sembarangan. Menariknya di sepanjang jalan tidak ada kata-kata himbauan yang terpasang untuk membuang sampah harus di tempatnya. “Kebiasaan masyarakat Belanda untuk menjaga kebersihan memang patut ditiru oleh masyarakat di Indonesia. Saya kepingin di Indonesia, masyarakatnya memiliki kesadaran menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan saja yang merupakan satu contoh kecil berdampak besar,” tutur Ester yang bergabung dengan Tunas Hijau sejak tahun 2005.

Sementara itu, kondisi di kota-kota seperti Laiden dan Utrecht yang tampak saling mendukung dengan kota-kota kecil lainnya di Belanda yang bisa disebut pedesaannya.  Di daerah pedesaan yang terdapat suatu industri pembuatan dan pengolahan keju, terlihat sangat memperhatikan aspek lingkungannya. Terbukti dengan adanya peternakan domba yang selain menjadi bahan utama pembuatan kejunya, hasil produksi pembuatan keju yang berupa ampas juga tidak terbuang sia-sia karena digunakan kembali sebagai makanan domba-domba tersebut.

Kaas Festival atau Festival Keju

Tidak hanya itu, sisi menariknya juga terletak pada budaya masyarakat sekitar yang menggelar suatu festival keju yang bernama “Kaas Festival”. Festival Keju yang digelar dua kali dalam setahun itu menjadi satu tontonan yang unik bagi wisatawan yang berkunjung di daerah bernama Edamms. “Seru banget ketika saya disini berkesempatan melihat Festival Keju yang kata mereka hal tersebut sebagai ucapan rasa syukur mereka,” tungkas Jane Ester, mahasiswi  ITS jurusan Metalogi dan Geofisika ITS Surabaya.

Menurut Ester, sejak dulu orang-orang Belanda terkenal dengan kecanggihanya dalam membuat bendungan. Hal ini bisa dilihat dari sebuah bendungan yang ada di Belanda bernama “Damm”. Di dalamnya terdapat ruang yang bisa dimasuki oleh wisatawan. Berdasarkan pengalaman Jane Ester, bendungan tersebut menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan luar negeri.

Pasalnya, di dalam bendungan tersebut berisi peralatan-peralatan terkait dengan bendungan dan gambaran tentang bendungan “Damm” dulu sampai “Damm” yang sekarang. “Di atas bendungan tersebut merupakan jalanan yang dilalui mobil dan sepeda, hingga membuat lapisan atas bendungan seakan-akan bergetar-getar ketika dilalui oleh mobil,” ucap Ester. (ryan)