Transportasi Ramah Lingkungan Di Belanda

Anggota Tunas Hijau Jane Ester beberapa hari lalu baru pulang dari negeri “Kincir Angin” Belanda. Selama 3 pekan, Ester berkunjung Belanda dan dilanjutkan ke Perancis. Berikut ini catatannya mengenai lingkungan hidup khususnya pola penggunaan transportasi ramah lingkungan hidup di negara Belanda.

Belanda merupakan negara yang memiliki sistem transportasi ramah lingkungan yang dapat menjadi panutan bagi negara Indonesia. Beberapa minggu berada di Belanda menjadikan inspirasi bagi saya untuk membangun negara Indonesia dengan sistem transportasi yang ramah lingkungan. Setiap pergi ke jalan-jalan utama di Belanda, saya dapat melihat banyak sekali orang lalu lalang dengan menggunakan sepeda mereka atau bahkan berjalan kaki saja. Jarak 1-2 km bagi mereka bukanlah jarak yang jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Kondisi lalu lintas yang jarang bahkan tidak pernah macet membuat masyarakat Belanda merasa nyaman tinggal di sana. Mengapa hal ini dapat terjadi? Mengapa tidak ada kemacetan lalu lintas? Dan mengapa udara disana sangat sejuk untuk dihirup? Jawaban utamanya adalah karena tingkat kesadaran mereka yang cukup tinggi terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup. Mereka memilih untuk menggunakan transportasi umum, sepeda, atau berjalan kaki ketika berpergian.

Jarang sekali terlihat mobil pribadi berlalu lalang di jalan raya. Kurang lebih hanya 5-10 mobil saja yang melintas dalam waktu 1 menit. Mayoritas tingkat keramaian masyarakat terjadi di stasiun kereta api atau terminal bus karena mereka lebih memilih menggunakan transportasi umum itu untuk berpergian. Hal ini seharusnya dapat menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia agar lebih mengutamakan penggunaan transportasi umum daripada kendaraan pribadi sehingga dapat meminimalisasi kemacetan dan polusi udara.

Selain itu, Belanda juga memiliki kendaraan unik sejenis becak yang biasa digunakan untuk mengantar anak mereka ke sekolah. Mereka tidak merasa malu menggunakan kendaraan tradisional, justru banyak sekali saya jumpai mereka menggunakan kendaraan tradisional untuk sarana transportasi. Hampir setiap rumah memiliki minimal satu sepeda dan satu “becak”. Sepeda mereka gunakan untuk berangkat kerja atau berpergian ke pusat kota, sedangkan “becak” digunakan untuk mengantar anak mereka ke sekolah.

Dengan memperhatikan kondisi masyarakat yang lebih menggunakan transportasi sepeda dalam kehidupan keseharian, maka pemerintah Belanda membuat area khusus bagi para pesepeda untuk bersepeda. Alhasil para pesepeda di Belanda tidak mengganggu lalu lintas mobil-mobil di jalan utama. Jadi, di Belanda terdapat 3 area jalan yaitu jalan bagi para pesepeda, jalan bagi bus, dan jalan utama bagi mobil-mobil.

Dalam pelaksanaan sehari-hari, masyarakat Belanda sangat mematuhi aturan-aturan di jalan raya. Hal unik yang saya jumpai adalah ketika ada seseorang hendak menyeberang jalan, mereka harus menyeberang di zebra cross atau jalur khusus untuk menyeberang dan secara langsung tanpa menggunakan lampu lalu lintas. Mobil-mobil yang melintasi jalanan itu harus berhenti dan memberi kesempatan bagi para pejalan kaki untuk menyeberang jalan.

Disebabkan mayoritas masyarakat Belanda yang menggunakan kendaraan tradisional dalam berpergian, suasana udara di negeri Kincir Angin itu suasana semakin sejuk dapat kita rasakan setiap saat di Belanda, karena sangat minim polusi udara akibat kendaraan bermotor. Andai hal ini dapat tercipta di Indonesia, alangkah sejuknya negara tercinta kita ini. Gunakanlah sepeda atau berjalan kaki ketika jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh sehingga dapat mengurangi polusi udara di negeri tercinta ini. (*)