Workshop Bersama Sekitar 40 Guru SMPN 40 Untuk Wujudkan Sekolah Ramah Lingkungan
Surabaya- Dampak pemanasan global sudah semakin buruk. “Perlu segera dicarikan solusi dari banyaknya permasalahan lingkungan hidup di muka bumi,” kata Andayani, guru koordinator lingkungan hidup SMPN 40 Surabaya saat mengawali pembukaan workshop Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Adiwiyata di sekolahnya, Rabu (14/9) siang, bersama Tunas Hijau sebagai narasumber.
Dikatakan Andayani bahwa banjir bandang, naiknya permukaan air laut, semakin maraknya penyebaran penyakit menular seperti demam berdarah dan malaria adalah salah satu dampak buru dari pemanasan global. “Tindakan-tindakan nyata meskipun sederhana sangat diperlukan segera untuk lingkungan hidup,” ujar Andayani kepada sekitar 40 guru SMPN 40 di ruangan guru.
Diantara tindakan nyata yang dikemukakan Andayani adalah bila beli produk sekaligus dalam volume kemasan yang besar daripada membeli dalam kemasan sachet. “Kemasan sachet lebih banyak pembungkus yang digunakan dan susah dididaur ulang. Di kantin sekolah, kita bisa memberlakukan kue tanpa kertas atau tisu. Kita juga perlu menggunakan air wudhu dengan bijaksana dengan kucuran air yang kecil. Mematikan peralatan listrik bila tidak digunakan,” saran Andayani kepada segenap guru yang hadir.
Sementara itu, pada workshop ini, pegiat senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menyampaikan bahwa tanggung jawab pemeliharaan lingkungan hidup di sekolah bukan hanya tanggung jawab sekelompok warga sekolah. “Segenap warga sekolah bertanggung jawab dan harus dilibatkan terhadap terwujudnya sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar dan mengajar,” ujar Zamroni. Program kepedulian lingkungan hidup di sekolah dan oleh sekolah, menurut Zamroni, juga harus berkelanjutan.
Ditambahkan Zamroni bahwa langkah SMPN 40 saat ini tepat. “Terlebih bahwa pelaksanaan workshop yang menggunakan dana dari masyarakat ini tidak hanya berhenti setelah selesainya pelaksanaan workshop sore ini,” kata Zamroni. Seperti yang disampaikan oleh Kepala SMPN 40 Elly Dwi Pudjiastuti sebelum sesi Tunas Hijau, bahwa semua guru akan dibagi menjadi 8 kelompok. Selanjutnya, masing-masing kelompok guru diminta membuat rencana program lingkungan hidup untuk ekstra kurikuler wajib lingkungan bagi siswa kelas 7 dan 8. (*)