Instalasi Pengolahan Air Limbah RW 6 RT 7 Banyu Urip
Surabaya- Proses penjurian Surabaya Green and Clean 2011, Kamis (24/11), terus berlangsung. Banyak inovasi dan keunggulan kampung peserta Surabaya Green And Clean dipamerkan. Meski semua yang dipamerkan hanya sekedar yel-yel lingkungan tarian lingkungan, parikan dan masih banyak yang lainnya.
Walau semua itu belum sempurna namun warga tidak patah semangat. RW 6 RT 7 kelurahan Banyu Urip misalnya. Warga kampung ini bersemangat untuk mengolah air limbah untuk menyiram tanaman yang ada di kampung. Hampir setiap lima rumah telah terpasang keran air limbah.
“Inovasi yang dilakukan warga belum sempurna karena tandon air limbah terkadang luber,” ujar Solekasoleh, fasilitator lingkungan Surabaya Selatan. Solekasoleh menambahkan bahwa ini disebabkan jumlah air limbah yang tidak sepadan dengan ukuran tandon air. Dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) hanya menggunakan alat yang sangat sederhana. Tong, tandon, ijuk , pasir krikil dan arang merupakan macam-macam bahan yang digunakan untuk menyaring air MCK. Hasil saringan kemudian digunakan oleh warga untuk menyiram tanaman yang ada di seluruh RW.
Ini semua awalnya hanya belajar dari membuka internet yang kemudian diterapkan oleh warga. Kendala lainnya, air limbah ini hanya bisa mengalir sampai 300 meter saja. ”Rumah yang berjauhan dari tandon hanya bisa mendapat sedikit air untuk menyiram,” ujar Ika Ning Tias. Adanya air IPAL cukup membantu warga untuk menyirami tanaman. Selain itu, air IPAL juga digunakan untuk menyirami komposter aerob dan komposter takakura agar tidak kering, tambah ibu 3 anak ini.
Pengolahan sampah organik pun berjalan dengan baik di kampung yang juga telah menjuarai MDS (Merdeka Dari Sampah) ini. Untuk sampah daun para mengolah dengan komposter aerob. Pada komposter aerob warga membuat sendiri alatnya dengan memakai bahan tong air bekas dan paralon. Sedangkan untuk mengolah sampah sisa makanan, warga mengolah dengan menggunakan keranjang pengomposan.
Namun saying, keterbatasan pengetahuan cara mengolah sampah sisa makanan menjadi kendala utama warga. Faktanya pada saat tim juri Surabaya Green And Clean, diantaranya Tunas Hijau, melihat keranjang pengomposan, tak sedikit yang kering. Selain itu penempatan keranjang pengomposan yang ditaruh di depan rumah membuat keranjang komposter kepanasan dan kehujanan.
Tabulampot pun menjadi program lingkungan yang diandalkan di kampung ini. Hampir semua tanaman dalam pot bisa dijumpai di kampung ini. Mulai dari pembibitan sayuran, toga dan tanaman hias. Semua dilakukan warga secara bersamaan. Untuk kompos, warga tidak membeli keluar, namun warga mengambil dari keranjang pengomposan dan komposter aerob yang sudah dipanen. Terakhir kali pemanenan kompos warga mendapat 9 karung berkapasitas 25 kg.
Banyak acungan jempol yang diberikan tim penilai terhadap RW 8 ini. “Lanjutkan terus merubah kampung supaya lebih hijau dan bebas dari sampah” ujar Aulia Majid Udia Huda, tim penilai dari Tunas Hijau. Dalam penilaian Surabaya Green And Clean 2011 ini melibatkan Tunas Hijau, Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Badan Lingkungan Hidup, PKK Kota Surabaya, Jawa Pos dan Semanggi Surabaya juga memantau 5 RW dalam satu hari. (suud)