Kekurangan Alat Kebersihan Menjadi Alasan Warga Sukolilo Kenjeran Buang Sampah Sembarangan

Surabaya- Balai desa kelurahan Sukolilo, kecamatan Bulak, Surabaya, mendadak ramai dipenuhi oleh ibu-ibu PKK daerah setempat. Ibu-ibu rumah tangga itu berkumpul tepat pukul 11.00 WIB. Mereka berjajar di depan pintu masuk balai desa untuk menunggu giliran masuk kedalam ruangan balai desa. Mereka mengikuti penyuluhan lingkungan hidup dengan tema Dampak Pembuangan Sampah Sembarangan yang diselenggarakan oleh KKN BBM  ke – 45 Universitas Airlangga Surabaya yang berkerja sama dengan Tunas Hijau,  Selasa (30/01). 

Penyuluhan dampak sampah yang dibuang sembarangan

Para mahasiswa KKN ini melakukan pengabdian  kepada masyarakat selama satu bulan di kelurahan Sukolilo. Sasarannya bukan hanya ibu-ibu PKK saja, namun juga pada anak-anak kecil yang tinggal di daerah setempat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sosial, lingkungan hidup  dan pendidikan masyarakat sekitar. Mereka juga membantu untuk memberi fasilitas untuk menunjang dalam menciptakan lingkungan yang bersih.

Penyuluhan lingkungan hidup yang diikuti oleh 40 ibu-ibu PKK daerah setempat itu mengulas permasalahan sampah di lingkungan sekitar. “Ada kalanya kita tidak sadar pentingnya membuang sampah sembarang tempat,” ujar aktivis senior Tunas Hijau Sugeng. Dia menambahkan bahwa masih banyak terlihat banyak sampah di jalan atau di sungai. Itu semua bukanlah tanggung jawab dari petugas kebersihan atau pemerintah  kota saja. Sampah itu bisa juga milik kita yang lupa membuang sampah di tempat yang sesuai.

Penyuluhan ini diselenggarakan KKN BBM -45 Unair bersama Tunas Hijau

Setelah mendapatkan pengetahuan tentang kondisi lingkungan global yang bertemakan sampah. Tak sedikit ibu-ibu PKK ini bertanya pada aktivis senior Tunas Hijau itu.   Seperti yang dilakukan oleh Rokayah “ Kondisi warga daerah Sukolilo sini jarang sekali ada tempat sampah di setiap rumah warga. Untuk pengangkutan sampah pun dilakukan hanya seminggu sekali. Jadi apa solusi yang harus dilakukan oleh warga?tanya ibu dua anak tersebut kepada aktivis Tunas Hijau.

“Banyak cara yang bisa dilakukan seperti memakai kantong plastik sebagai tempat sampah sementara, kalau memang pengangkutan sampahnya lama. Sudinya kita mengantarkan sampah tersebut ke tempat sampah sementara,” jawab Sugeng. Rokaya sejatinya telah melakukan berbagai macam cara untuk memecahkan permasalahan sampah. Pasalnya warga  Sukolilo juga merupakan warga pesisir pantai yang perkampungannya berada di pinggiran pantai Kenjeran.

Kalau belum ada pembinaan secara berkelanjutan tentunya kebiasan membuang sampah sembarangan bahkan membuangnya langsung ke sungai maka akan banyak merugikan masyarakat sendiri. Bahkan bisa dilihat di area sungai yang menuju ke laut terdapat sangat banyak sampah dari warga yang dibuang ke sungai itu. Hal ini menyebabkan pemandangan yang kurang enak  dan terlihat kumuh.

Hal ini dibenarkan oleh tim KKN UNAIR ini. Awal tim dari KKN UNAIR datang ke tempat lokasi, pandangan awal yang mereka dapat pada perkampungan dekat kelurahan Sukolilo ini adalah perkampungan kumuh. Banyaknya sampah di sungai dan warna air yang menghitam juga merupakan contoh kerusakan lingkungan yang parah.

Ditambah lagi perkampungan ini bangunannya sangat padat sehingga menyebabkan tidak ada tanaman yang bisa ditanam di perkampungan. “Kami sempat merasa putus asa akan berhasilnya program lingkungan yang telah direncanakan,” ujar Tasiya Nasira, mahasiswa semester  8 Fakultas Ilmu Kedokteran UNAIR. (suud)