Predikat Sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional “Menaikkan” Nilai Jual SDN Perak Barat

Surabaya- Untuk mewujudkan sekolah yang bersih terbebas dari sampah berserakan tidak selamanya harus dengan dominannya campur tangan petugas kebersihan atau lebih akrabnya disebut ‘Pak Bon’. Pernyataan itu diungkapkan oleh Waka SMP PGRI 6 Banu Atmoko saat sosialisasi program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup Adiwiyata yang diselenggarakan SDN Perak Barat bersama BLH Surabaya dan Tunas Hijau, Kamis (2/2). 

“Sekolah kami berada di kawasan perkampungan padat penduduk di daerah Blok M (Madura), yang terkenal dengan susah diajak untuk hidup bersih. Tapi kami bisa mewujudkan sekolah kami bersih tanpa peran serta Pak Bon,” kata Banu Atmoko. Dijelaskan Banu, Eco Teacher of the Week Surabaya Eco School 2011, bahwa langkah yang dilakukan sekolahnya adalah membudayakan kerja bakti setiap pagi sebelum memulai jam pelajaran pertama.

Upaya nyata peduli lingkungan hidup juga telah dilakukan SMA Negeri 5 Surabaya. “Kami sudah melakukan rekayasa teknologi untuk membantu upaya peduli lingkungan hidup warga sekolah. Upaya ini kami terapkan di toilet sekolah. Jadi, lampu di toilet sekolah akan otomatis menyala ketika pintu tertutup atau ada orang di dalam toilet dan otomatis mati ketika tidak ada orang,” kata Mei Istrie, guru pembina lingkungan hidup SMA Negeri 5 Surabaya.

Pada sosialisasi Adiwiyata ini, Kepala SDN Perak Barat Murtini menyampaikan bahwa untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dibutuhkan eran serta aktif seluruh warga sekolah khususnya guru-guru. “Di SDN Perak Barat kawasan, semua guru dan karyawan sudah dilibatkan dalam upaya mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan hidup Adiwiyata,” kata Murtini kepada seluruh pesert sosialisasi.

Sementara itu, Ketua Tim Lingkungan Hidup SDN Perak Barat Suryani, yang juga guru, menjelaskan bahwa dengan predikat atau penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional, nilai jual SDN Perak Barat  semakin tinggi. “Bukan berarti sekolah kami memungut biaya pendaftaran atau pungutan lainnya. Tapi, siswa yang mendaftar di sekolah kami semakin berjubel bahkan ada yang dari Sidoarjo dan kawasan (elit) Ciputra,” papar Suryani.

Sementara itu aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menyampaikan bahwa program Sekolah Adiwiyata sangat istimewa. “Istimewanya karena program ini merupakan prakarsa dua kementerian yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program ini juga tidak murni kompetisi, yang sekali dapat penghargaan maka program berakhir,” jelas Zamroni.

Sosialisasi ini diikuti oleh guru dari SMP Negeri 2, SMP Negeri 5, SMP Negeri 30, SMP Negeri 38, SMP PGRI 6, SMP Barunawati, SMA Negeri 5 dan SMK Negeri 1. Dari jenjang sekolah dasar yang hadir mengikuti sosialisasi program ini adalah SD Islam Yamassa, SD SAIMS, SDK Aloysius, SDN Rungkut Menanggal I, SDN Pagesangan 426 dan SDN Dr. Sutomo V Surabaya. (ron)