Wujudkan Eco Canteen di SMAN 16

Surabaya- Kantin sekolah harus berada jauh dari sumber lalat seperti tumpukan sampah. “Jarak kantin sekolah seyogyanya berada sekitar 500 meter dari sumber sampah,” ujar Mochammad Mucklas, staf Dinas Kesehatan Kota Surabaya didampingi Tunas Hijau kepada salah seorang penjual kantin SMA Negeri 16 Surabaya, Rabu (22/2) siang, saat inspeksi mendadak Eco Canteen di sekolah yang berlokasi di Jl. Raya Prapen itu. 

Jarak 500 meter itu dilatarbelakangi jarak terbang lalat, yang biasa di tumpukan sampah, adalah 500 meter. Namun, disampaikan Mucklas, bahwa untuk mendapatkan jarak ideal itu sangat tidak mungkin. “Makanya harus disiasati dengan menutup tempat sampah yang ada, sehingga lalat tidak mungkin berkembang biak,” ujar Mucklas yang membuat tercengang penjual kantin SMAN 16 Surabaya.

Pembinaan Eco Canteen di SMAN 16 Surabaya

Gantungan kantong plastik yang umum dijumpai di kantin-kantin sekolah juga mendapat sorotan Mucklas. “Gantungan kantong plastik seperti ini biasanya menjadi sumber menempelnya debu. Debu sangat mudah terbang bila tertiup angin. Bila kondisi makanan yang dihidangkan terbuka seperti ini, maka sangat mudah debu-debu yang semula menempel di gantungan plastik berpindah ke makanan yang siap disajikan,” ujar Mucklas kepada penjual kantin di sudut sekolah yang biasa dipanggil Bunda.

Air mineral isi ulang dalam galon juga perlu perlakuan khusus untuk mewujudkan Eco Canteen. Mucklas menyampaikan bahwa kualitas air mineral isi ulang dengan air mineral dalam kemasan berbeda. “Air mineral isi ulang dalam galon seharusnya tidak untuk disimpan lebih dari satu hari. Alasannya, bila disimpan lebih dari satu hari, dimungkinkan kuman akan berkembang biak. Penempatan galon air mineral juga tidak boleh langsung bersentuhan dengan tanah atau lantai,” terang Mucklas. (ron)