SMA Negeri 21 Kembangkan Ecopreneur Melalui Urban Farming
Surabaya– Urban farming atau yang biasa dikenal dengan pertanian perkotaan merupakan hal yang sudah cukup sering dilakukan di tiap sekolah di Surabaya. Namun, sampai saat ini, urban farming tersebut hanya sebatas untuk pembelajaran sehingga terkesan ala kadarnya. Seandainya bisa dikelola dengan baik, urban farming tersebut dapat pula menjadi wadah melatih jiwa kewirausahaan bagi para siswa. Hal ini yang dijelaskan oleh Tunas Hijau saat pelatihan urban farming di SMAN 21 Surabaya, Kamis (8/3).
Disampaikan oleh Sugeng, aktivis senior Tunas Hijau, pelatihan ini menekankan pentingnya keseriusan dalam mengelola urban farming sehingga bisa berhasil. “Jangan hanya sekedar menanam, tapi merawat juga sangat penting. Kalau urban farming diseriusi hal ini bisa menjadi lahan usaha yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan lingkungan hidup sekolah kembali,” terang Sugeng kepada 30 orang anggota kader lingkungan sekolah.
Sugeng menyoroti perkembangan urban farming di SMAN 21 yang masih terkesan setengah hati. Terutama tentang minimnya perawatan tanaman yang dilakukan oleh para siswa. Tak heran hal ini ia tekankan berulang-ulang kepada para siswa.
Selanjutnya dia membagi peserta pelatihan menjadi beberapa kelompok dan mengajak mereka menganalisis kinerja serta kelemahan pelaksanaan urban farming mereka selama ini. Hal ini dilanjutkan pula dengan membuat langkah kerja agar urban farming mereka dapat berkembang menjadi wirausaha berbasis lingkungan hidup atau ecopreneur.
“Sekarang sepakati bersama target serta teknis pelaksanaan urban farming kalian disekolah. Rencanakan tidak hanya pelaksanaan penanamannya namun juga perawatan serta apa yang akan dilakukan dengan hasil panennya nanti,” instruksi Sugeng kembali.
Pelatihan yang berlangsung 2 jam tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan tentang pelaksanaan urban farming selama sisa semester ini. Diantaranya penambahan jenis tanaman bayam dan sawi untuk menemani tanaman kacang panjang yang sudah ada sebelumnya. Raga Haryna Juwa, salah satu siswa peserta pelatihan, menyampaikan bahwa akan dibentuk tim khusus yang menangani urban farming dengan jadwal terencana.
“Tiap jenis tanaman akan ditangani tim yang berbeda. Minggu depan akan mulai berjalan, karena seminggu ini akan disiapkan dulu segala alat pendukung yang dibutuhkan. Kami juga akan mengajukan peminjaman dana kepada pihak sekolah untuk pembelian alat-alat tersebut. Nantinya dana pinjaman tersebut kami kembalikan dari hasil penjualan panenurban farming yang kami kelola ini,” ungkap Raga dengan yakin.
Di akhir pelatihan, para kader lingkungan diajak membersihkan serta menata kembaliurban farming yang telah mereka buat sebelumnya. Hal ini merupakan bukti keseriusan mereka untuk mengembangkan urban farming di sekolahnya. (don)