Kunjungi Markas Tunas Hijau, SD Muhammadiyah 3 ‘Ikrom’ Belajar Pengomposan, Urban Farming, Daur Ulang Kertas & Energi Alternatif

Pertanian organik lahan sempit

Surabaya- Belajar tentang pelestarian lingkungan hidup idealnya dilaksanakan dengan praktek secara langsung, tidak cuma dengan teori di dalam ruang kelas. Hal inilah yang nampaknya disadari oleh pengajar SD Muhammadiyah 3 ‘Ikrom’ Taman Sidoarjo untuk menyelenggarakan kunjungan ke markas Tunas Hijau. Kunjungan lingkungan hidup yang dilaksanakan, Kamis (12/4), ini diikuti oleh 80 siswa kelas IV. Tujuannya, mengenalkan secara langsung pengolahan sampah organik menjadi kompos, daur ulang kertas, penghematan energi dan pertanian lahan sempit.

Seperti yang terlihat dalam pelaksanaan kegiatan, siswa-siswa SD ini berhimpun dalam kelompok besar putra dan putri. Setiap kelompok membahas materi lingkungan yang berbeda dengan dipandu oleh aktivis Tunas Hijau. Pada sesi pertama, kelompok siswa putri mendapatkan materi tentang profil Tunas Hijau dan bagaimana awal mula berdirinya Tunas Hijau yang disampaikan oleh aktivis Tunas Hijau Fachrul Lubis.

Pengenalan energi

Hal lain yang dijelaskan Lubis kepada siswa adalah tentang pentingnya melakukan penghematan energi listrik. Lubis juga menjelaskan tindakan-tindakan sederhana yang dapat dilakukan di rumah untuk menghemat energi listrik. Misalnya mematikan lampu bila tidak digunakan. Lubis juga menunjukkan kepada siswa tentang pentingnya menggunakan berbagai peralatan yang hemat listrik.

Sementara itu, kelompok siswa putra yang terbagai menjadi tiga kelompok beraktifitas di halaman markas Tunas Hijau. Kelompok satu putra belajar pembuatan kertas daur ulang berbahan kertas koran bekas. Seluruh anggota kelompok terlihat larut dalam beragam aktifitas yang dipandu oleh aktivis Tunas Hijau Ferianto. Beberapa anak terlihat sedang merendam dan menghancurkan lembaran kertas koran, beberapa siswa yang lain terlihat sedang menghaluskan kertas yang telah direndam dengan menggunakan blender serta pencetakan.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos

Dalam praktek pembuatan kertas, Ferianto menjelaskan bahwa kertas terbuat dari pohon-pohon jenis tertentu yang dihaluskan hingga menjadi bubur kertas yang disebut pulp. Semakin banyak kertas yang digunakan berarti semakin banyak pohon yang harus ditebang dan semakin luas hutan yang akan hilang. “Dengan mendaur ulang kertas berarti kita menyelamatkan hutan,” ungkap Ferianto kepada peserta.

Tidak mau kalah dengan kelompok satu putra, kelompok dua putra juga melakukan aktifitas yang tidak kalah seru, yaitu belajar pertanian perkotaan (urban farming) dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di pekarangan markas Tunas Hijau. Kelompok ini mendapatkan penjelasan dari aktivis Tunas Hijau Saifullah tentang cara bercocok tanam beragam sayur-mayur yang dapat dilakukan di halaman rumah serta cara-cara perawatannya.

Serupa dengan kelompok dua putra, kelompok tiga putra melakukan aktifitas pembelajaran lingkungan hidup yaitu metode sederhana pengolahan sampah organik menjadi kompos. Dijelaskan Bambang, aktivis Tunas Hijau yang memandu kelompok ini, bahwa bahan baku pembuatan kompos ini adalah daun dan rerumputan yang banyak terdapat di sekitar markas Tunas Hijau.

Permainan ular tangga lingkungan hidup

“Pupuk kompos daun yang dihasilkan digunakan untuk memupuk tanaman sayur-mayur sehingga tidak membutuhkan pupuk kimia lagi,” papar Bambang kepada anak-anak. Di akhir kegiatan, seluruh siswa secara bergantian diajak untuk bermain ular tangga lingkungan hidup raksasa karya Tunas Hijau.

Ketua panitia kegiatan Dyah kartika Wati mengungkapkan bahwa rangkaian kunjungan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya mengenal organisasi-organisasi yang berorientasi pelestarian lingkungan seperti Tunas Hijau. Dyah juga mengungkapkan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mengenal berbagai upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan oleh Tunas Hijau.  (geng)