MTsN Situbondo Membangkitkan Semangat Peduli Lingkungan Hidup Warganya

Situbondo- Program kepedulian lingkungan hidup kembali digelorakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Situbondo. Menurut penuturan Badrun Amin, wakil kepala MTsN Situbondo bidang hubungan masyarakat, kepala sekolah terdahulu lebih fokus kepada pendidikan akademik sehingga masalah lainnya kurang terurusi. 

“Alasannya, anggaran sekolah yang dirasa kurang untuk pengadaan beberapa kebutuhan seperti penyediaan tempat sampah. Sehingga, kelas harus mandiri untuk menyediakan peralatan kebersihan,” ujar Badrun Amin saat pembinaan sekolah berbudaya lingkungan hidup oleh Sekolah Adiwiyata Nasional SMKN 1 Panji Situbondo dan Tunas Hijau, Sabtu (7/4).

Segera, Madrasah Tsanawiyah Negeri ini akan menerapkan kebijakan peduli lingkungan hidup baru. Kebijakan yang dimaksud adalah bahwa guru tidak akan masuk ke dalam kelas dan memulai pelajaran bila ternyata kelas masih kotor. “Rencana ini untuk menegaskan pentingnya menciptakan kenyamanan belajar di sekolah dan kepedulian lingkungan hidup siswa,” kata Badrun Amin. Selain itu, piket kelas setelah pulang sekolah akan diaktifkan kembali. “Saat ini cuma sedikit kelas yang masih melakukan,”tambah Badrun.

Pada pembinaan ini didapati bahwa beberapa kelas sudah memakai galon air minum di kelasnya. Namun, penerapan ini masih atas inisiatif kelas masing-masing dan bersifat mandiri. “Inisiatif beberapa kelas untuk mengurangi sampah non organik dengan galon air minum yang sudah dilakukan bebarapa kelas perlu ditiru kelas yang lainnya. Sekolah bisa mengadopsinya menjadi program sekolah dan berlaku untuk semua kelas,” saran Dimas Kurniawan, guru dan anggota kelompok kerja lingkungan hidup SMKN 1 Panji.

Ada inovasi program peduli lingkungan hidup yang pernah dilaksanakan pengurus OSIS (organisasi siswa intra sekolah). Program tersebut adalah penyediaan kantong plastik di tiap kelas untuk menampung sampah gelas plastik yang kemudian dikumpulkan untuk dijual sebagai tambahan kas OSIS. “Namun tidak berjalan lagi karena kurangnya kaderisasi dan munculnya rasa kebosanan,” ujar salah seorang siswa pengurus OSIS MTsN Situbondo.

Kesulitan air bersih menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah ini. Seperti diungkapkan Badrun, sekolahnya pernah melaksanakan program tanaman asuh berupa tanaman berkhasiat obat. “Namun, kesulitan air bersih menjadi masalah. Program ini tidak lagi dilaksanakan sampai tahun ajaran ini,” ujar Badrun sambil menunjukkan lahan sekolah yang sebelumnya digunakan untuk tanaman siswa.

Menanggapi kekurangan air bersih ini, Dimas Kurniawan menyarankan agar MTsN Situbondo ini melakukan gerakan pembuatan lubang resapan biopori. “Caranya mudah kok. Bisa untuk mencegah banjir dan menambah kandungan air tanah,” ujar Dimas Kurniawan diiyakan oleh aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino yang mendampinginya.

Pada pembinaan ini juga digelar diskusi dengan perwakilan siswi kelas 8, yaitu Hilda, Nuri, dan Tika. Dari diskusi yang dipimpin oleh Dimas Kurniawan, mereka mengakui kadang masih suka buang sampah sembarangan. Diantara alasannya adalah jumlah tempat sampah yang kurang. Menurut mereka, banyak siswa kurang memperhatikan sampah yang berserakan karena gengsi untuk disebut sebagai pemulung. Namun kelas mereka salah satu kelas yang masih menerapkan piket usai sekolah.

Menanggapi masalah sampah yang menjadi polemik utama dalam keseharian di Madrasan Tsanawiyah Negeri Kabupaten Situbondo ini, Dimas Kurniawan menyarankan untuk dilakukan pemilahan sampah. “Pemilahan sampah, setidaknya sampah kering dan sampah basah, adalah harus. Umumnya sampah non organik atau sampah kering adalah sampah yang bernilai jual. Jangan sampai sampah kering bercampur dengan sampah basah agar bisa langsung dijual,” ujar Dimas sambil memeragakan cara pemilahan sampah yang benar. “Dana yang terkumpul bisa digunakan untuk membeli peralatan kebersihan.

Menanggapi banyaknya program peduli lingkungan hidup yang tidak lagi dilakukan oleh sekolah ini, Dimas menyayangkan hal ini. “Jumat Bersih perlu dilakukan setiap pekan. Jangan hanya sebulan sekali. Lomba kebersihan kelas dengan sanksi kepada kelas terkotor juga perlu dilaksanakan lagi seperti tahun sebelumnya. Semangat, semangat. Bumi dan lingkungan hidup membutuhkan perhatian kita,” kata Dimas. (bram)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *