Siswa SDN Medokan Semampir I Panen Sawi di Markas Tunas Hijau

Siswa SDN Medokan Semampir I panen tanaman sayuran sawi yang mereka tanam dan pelihara di markas Tunas Hijau

Surabaya- Peribahasa “Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian” sangatlah tepat untuk menggambarkan yang dilakukan siswa-siswa SDN Medokan Semampir I Surabaya ini. Betapa tidak, upaya bersusah payah menanam tanaman sayur sawi dan melakukan perawatan selama satu bulan penuh ini berbuah manis dengan panen yang dilakukan Sabtu (14/4). Nurhanifa Oktian Putri, siswa kelas V SDN Medokan Semampir I, beserta belasan teman-temannya berhasil memanen lebih dari 40 ikat sayuran sawi organik. 

Tanaman sawi yang dipanen ini sebagian langsung dimasak menjadi sayur oseng-oseng sawi dan mie goreng sawi. Aktifitas ini cukup membuat sibuk beberapa aktivis Tunas Hijau yang ada di markas. Mochamad Zamroni Misalnya, harus merelakan meja bundar berlogo ‘Tunas Hijau’ untuk digunakan sebagai meja masak. Meja ini dalam keseharian hanya digunakan sebagai meja laptop bersama, karena dilengkapi stop kontak listrik di tengahnya.

Sayuran organik ini ditanam menggunakan media polibag

Aktivis Tunas Hijau lainnya juga tak kalah sibuknya. Aulia Majid Udia Huda dan Ferianto harus sibuk dengan menyiapkan berbagai kebutuhan dan peralatan memasak. Diantaranya adalah bumbu, kompor, wajan, sutil dan beberapa peralatan lainnya.

Tak kalah dengan aktivis Tunas Hijau, anak-anak ini juga terlihat sibuk menyiapkan berbagai bahan masakan. Siswa putra mendapatkan tugas untuk memotong-motong dan membersihkan sayur sawi yang akan dimasak. Sedangkan siswa putri bertugas meracik bumbu dan memasak. Dwi Putri Megawati misalnya, siswa kelas V ini bertugas membuat bumbu oseng-oseng. Uniknya, untuk menentukan racikan oseng-oseng sawi mega hanya melakukan dengan perkiraan saja.

Cabai, bawang putih, bawang merah dan tomat diiris-iris dengan jumlah sekenanya. Beberapa kali terjadi debat kusir untuk menentukan racikan bumbu yang pas. Pramono Adam misalnya, teman satu kelas Megawati, ini memprotes jumlah cabai yang digunakan untuk oseng-oseng. Pramono takut kalau hasil masakan akan terlalu pedas. Menanggapi protes teman-temanya, Megawati hanya berucap ringan “Halaah…kalo terlalu pedas ya minum saja.”

Oseng-oseng sawi hasil panen dari kebun sendiri

Hasil panen ini tidak lepas dari perawatan yang dilakukan oleh anak-anak ini. Secara  rutin dan berkala anak-anak ini melakukan penyiraman dan pembersihan rumput yang tumbuh di dalam polibag. Aktifitas perawatan ini dilakukan pada saat mereka selesai sekolah. Dwi Putri Megawati, siswa kelas V lainnya, mengungkapkan bahwa hal yang paling ditakuti pada saat melakukan perawatan adalah berburu ulat bulu.

Ulat-ulat inilah yang ditakuti Mega dan teman-temannya, karena takut kena bulu-bulu ulat yang bisa menimbulkan gatal kulit. “Meskipun takut, saya dan teman-teman ini tetap mencari ulat agar daun sawi tidak habis dimakan ulat,” ungkap Mega. Adanya ulat-ulat bulu ini karena  sayur sawi yang ditanam tidak disemprot dengan insektisida. (geng)