SMAN 1 Situbondo Dengan Green Life Award

Situbondo- Pembangunan gedung sekolah bagian depan yang sedang berlangsung di SMAN 1 kabupaten Situbondo cukup mengganggu taman-taman yang ada di sekolah yang berlokasi di Jalan PB Sudirman Situbondo. Pemandangan ini nampak saat pembinaan sekolah berbudaya lingkungan hidup oleh SMK Negeri 1 Panji Situbondo bersama Tunas Hijau, Rabu (4/4).

Hutan jati yang dikelola SMAN 1 Situbondo di dalam sekolah

Sedangkan penghematan energi di sekolah ini cukup terkendala dengan bangunan fisik sekolah yang kurang menerapkan prinsip penghematan energi. Khususnya di toilet, sama sekali tidak ada sinar matahari yang masuk ke toilet karena tidak adanya ventilasi. Alhasil penggunaan lampu listrik menjadi mutlak karena setiap masuk toilet selalu dinyalakan, dan biasanya lupa mematikannya saat akan meninggalkan toilet.

Pipit Lutfi Windiarti, guru Biologi SMAN 1 Situbondo, menyatakan bahwa upaya sekolah untuk menerapkan program peduli lingkungan hidup harus dijaga semangatnya. Namun, prakteknya di Situbondo masih belum ada penghargaan yang diberikan oleh pemerintah daerah. “Padahal energi dan waktu yang telah dikerahkan oleh sekolah untuk mewujudkan peduli lingkungan cukup banyak,” ujar Pipit.

Pernyataan Pipit dibenarkan oleh aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni. Menurut Zamroni, upaya untuk menjaga semangat peduli lingkungan harus ditujukan untuk sekolah secara kelembagaan, individu siswa, individu guru, individu karyawan dan bahkan orang tua siswa. “Penghargaan yang bisa diberikan sebenarnya bisa cukup berbentuk secarik kertas piagam penghargaan,” ujar Zamroni.

Ada program kepedulian lingkungan yang sangat menarik diterapkan di SMAN 1 Situbondo. Program itu adalah Green Life Award. Pada program ini dilombakan beberapa kriteria yaitu kelas terbaik, kelas terkreatif, kelas terasri, dan kelas terburuk. Penekanan program ini pada keindahan dan keasrian kelas dengan pelibatan sebanyak mungkin warga kelas masing-masing.

Sementara itu, Sri Miryanti, guru lingkungan hidup SMAN 1 Situbondo, menjelaskan bahwa program pengolahan sampah di sekolahnya sudah dilakukan cukup optimal. Terbukti sudah ada kompos yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah organik yang dilakukan. “Kompos yang dihasilkan bahkan sudah dimanfaatkan untuk memupuk tanaman yang ada sekolah. Tidak sedikit guru-guru yang menggunakan kompos itu untuk digunakan di rumah masing-masing,” kata Sri Miryanti. (*)