Banyak Pohon Mati Karena Jenis Tanah Sekolah Dan Tanaman Rambat
Surabaya- Berbagai upaya dilakukan oleh sekolah untuk merawat pohon bantuan dari Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Tunas Hijau. Di SMPN 11 Surabaya misalnya, sudah menyiram pohon secara rutin. Merapikan rumput yang tumbuh di bawah pohon, bahkan memberi pupuk. Upaya tersebut memang berhasil pada sebagian pohon, namun masih ada beberapa pohon yang mati. Ini diutarakan Anik Sriyani, pembina lingkungan hidup SMPN 11 kepada aktivis Tunas Hijau saat monitoring hutan sekolah, Selasa (01/05).
“Pohon yang hidup dengan yang mati banyak yang hidup pun banyak terutama di wilayah belakang kelas 7,” ujar Anik Sriyani. Anik menambahkan bahwa dari 50 pohon yang ditanam di sekolah telah tertanam di 3 wilayah. Wilayah pertama khusus tanaman berbuah dan berbunga di area lapangan depan ruang guru. Wilayah berikutnya di area kolam ikan lele terdapat tanaman bunga. Dan yang terakhir berada di belakang bangunan kelas 7 dan 8.
Dari 50 tanaman diantaranya 20 tabebuia palida, 10 pongamia pinata, 5 spathodea, 5 kenari, 2 binjai, 5 cassia grandis, 3 bintaro. 48 tanaman tetap hidup dan tumbuh seperti tanaman yang lain. Sedangkan yang 2 mati karena beberapa faktor. Tanaman yang mati semua berjenis tabebuia palida yang ditanam di depan ruang guru dan di area belakang ruang kelas 7 dan 8.
“Kemungkinan tanaman yang mati karena tidak cocok dengan tanah SMP Negeri 11,” lanjut Anik Sriyani. Tanah di SMPN11 mempunyai permukaan air tanah yang rendah sehingga kalau ada penggalian lubang pada kedalaman setengah meter sudah keluar air. Selain itu setiap hujan lapangan SMPN 11 tergenang air hujan.
Matinya pohon bantuan dari PGN dan Tunas Hijau pun juga dialami oleh SMPN 20 surabaya. Dari 35 tanaman yang ditanam pada kerja bakti masal beberapa bulan lalu, 30 diantara hidup dan sudah hampir menunjukkan bunganya. Sedangkan 5 mati dengan jenis yang sama. “Semua tanaman yang mati jenisnya sama,” ujar salah satu petugas kebersihan SMP Negeri 20. Namun tanaman yang mati sudah diganti dengan tanaman lain bantuan dari orang tua wali murid.
Menurut aktivis Tunas Hijau Aulia Majid, banyak sekolah yang lalai sehingga pohon yang ada dipenuhi dengan tanaman rambat. Suud menambahkan tanaman rambat tersebut harus memang sering dibersihkan. “Bila sampai tanaman rambat tersebut menutupi semua pohon, maka pohon tersebut akan lebih cepat mati. Selain itu, tali rafia yang mengikat di daun pun belum dilepas. Tali rafia tersebut harusnya sudah dilepas 2 minggu setelah penanaman. (suud)