Berebut Sekam Dan Kompos, Siswa SD Kreatif An Nur Belajar Bercocok Tanam Organik

Siswa-siswa SD An Nur sibuk memasukkan tanah tanam, kompos dan sekam untuk media penanaman sayuran organik

Surabaya- Bagi anak-anak SD Kreatif An Nur, memegang kantong polibag, mencampur dan memasukkan dan memasukkan kompos, sekam padi dan tanah adalah satu pengalaman baru buat mereka. Banyak diantara mereka, terutama siswa kelas I dan kelas II yang tidak tahu bagaimana wujud ‘sesuatu’ yang disebut dengan polibag, kompos, tanah subur dan sekam padi. 

Alhasil, saat mereka dipertemukan dengan polibag, kompos, tanah subur dan sekam, yang terjadi adalah kehebohan khas anak-anak. Ada yang menghambur-hamburkan sekam padi. Ada yang menggaruk-garuk tanah media tanam. Bahkan ada pula yang mengambil segenggam kompos dan mencium aromanya.

Aktivis Tunas Hijau Fakhrul Lubis Wiranata memberikan pengarahan siswa-siswa SD An Nur

Seperti yang dilakukan Angelina Arshela siswa kelas I, bersama dua temannya, Angelina terlihat sibuk hilir-mudik mengangkut kompos daun, tanah dan sekam padi dengan menggunakan potongan triplek sebagai wadahnya. Tak terlalu lama, ketiganya terlihat sibuk mengaduk untuk meratakan campuran ketiga bahan tadi serta memasukkan ke dalam polibag. “Saya dan teman-teman mau menanam sayur sawi di wadah ini,” jawab Angelina dengan tangkas ketika ditanya jenis tanaman yang akan ditanam.

Sawi, kangkung dan terong adalah jenis sayuran yang ditanam

Tingkah polah anak-anak ini terlihat pada saat pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup dengan tema Green And Clean SD Kreatif An Nur dengan fokus belajar tentang pertanian organik perkotaan (urban farming) yang dilaksanakan Rabu (16/05). Melalui kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan Tunas Hijau Indonesia ini, anak-anak diajak untuk mengenal cara untuk memaksimalkan lahan kosong yang ada di sekitar sekolah.

Anak-anak juga diajak untuk mengenali bahaya penggunaan pupuk dan anti hama yang terbuat dari bahan kimia. Di dalam kegiatan ini juga, anak-anak diajak untuk mengenali media tanam organik yaitu kompos, tanah dan sekam padi serta melakukan praktek penanaman sayuran berumur pendek jenis sawi.

Noor Hikmah, salah guru pengajar yang juga menjadi ketua panitia, mengungkapkan bahwa selain untuk pengenalan lingkungan hidup, kegiatan ini juga bertujuan untuk membentuk kepribadian anak-anak. “Sifat disiplin dapat dengan mudah diterapkan kepada anak-anak dengan membiasakan mereka merawat tanaman mereka sendiri setiap hari,” ungkap Noor Hikmah pada penghujung pelaksanaan kegiatan.

Permainan ular tangga lingkungan hidup 6 x 6 meter juga dimainkan

Belajar tentang pertanian organik perkotaan (urban farming) yang dilaksanakan di SD Kreatif An Nur tidak dilaksanakan untuk satu hari ini saja. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan kedepan. Aulia Madjid Udia Huda, aktivis Tunas Hijau penanggung jawab urban farming mengungkapkan bahwa selama tiga bulan ini anak-anak diajak untuk melakukan praktek penanaman tanaman berumur pendek jenis sawi dan kangkung serta tanaman berumur sedang jenis terong.

“Untuk menjaga kesuburan tanah, adik-adik kami kenalkan penggunaan kompos daun. Selain mudah didapat, pupuk ini juga bisa diproduksi sendiri dengan memanfaatkan sampah basah (organik) di sekitar,” papar Aulia Madjid. Memungkasi penjelasannya, aktivis Tunas Hijau ini berharap bahwa lewat kegiatan semacam ini akan semakin banyak anak-anak yang menyukai bercocok tanam organik. (geng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *