Curhat Tim Lingkungan Hidup SMPN 9
Surabaya- Banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di lingkungan sekolah SMP 9 menjadikan acara diskusi bersama Tunas Hijau berlangsung seru, hangat dan tanpa beban. Dengan bahasa yang lugas, tiap anggota tim kader lingkungan menceritakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh warga sekolah, Jumat (25/5). “Itu, Kak, kantin di sekolah kurang bersih,” ujar Desi, salah satu siswa peserta diskusi.
Ditambahkan Desi, bahwa jumlah bangku di kantin juga kurang. “Jadi anak-anak banyak yang membawa mangkuk di kelas. Yang bikin sebel, sering mangkuknya tidak dikembalikan lagi ke kantin,” tambah Desi. Semakin banyak siswa yang makan di kelas, maka kelasnya berpotensi menjadi kumuh dan jorok. “Aku sudah ngingetin, tapi gak diperhatikan sama anak-anak. Selain itu di kantin juga masih menjual makanan dan minuman yang memakai plastik. Padhal, plastik kan sebenarnya sudah dilarang sama pihak sekolah,” ujar Desi.
Anggota tim yang lain, Vira juga mengeluhkan sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Mulai dari kamar mandi yang pengap dan bau, ruang ganti yang menjadi tempat penyimpanan barang bekas hingga tidak adanya sabun di kamar mandi sering ditemui di sekolah. Belum lagi, kran air yang rusak sehingga banyak air yang terbuang percuma, bak mandi yang selalu kotor dan kloset yang rusak juga sering ditemui. Kipas angin yang rusak hingga lampu yang tidak berfungsi sehingga sangat mengganggu kesehatan mata para murid saat mendung.
Banjir yang terjadi di sekolah juga menambah panjang daftar permasalahan sekolah. Genangan yang umumnya terjadi di lahan parkir, otomatis membuat bawahan putih yang dipakai setiap Senin dan Kamis para murid menjadi mudah kotor, terutama saat musim penghujan tiba menjadi catatan tersendiri bagi Ajeng. Lain pula dengan Firly. Dia mengeluhkan alat kebersihan yang sering rusak karena dipakai main perang-perangan oleh murid laki-laki. Akibatnya, anak-anak sering berkelit saat piket kebersihan. (ella)