Keunggulan Pembelajaran Menjadi Modal SDN Made 2 Saat Sosialisasi Biopori

Surabaya- Sekolah yang di daerah dataran rendah mungkin memiliki ciri khas yang sama. Seperti yang terlihat di SDN Made 2 Surabaya. Namun, nampaknya mereka memiliki keunggulan tersendiri untuk penghijauan, diantaranya dengan memadukan lubang resapan (biopori). Hal itu terlihat saat pembinaan lingkungan hidup – gerakan sejuta lubang resapan di SDN Made 2, Kamis (3/5) siang, bersama Tunas Hijau. Nampak beberapa siswa sudah aktif menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh aktivis Tunas Hijau.

Siswa SDN Made II nampak praktek membuat lubang resapan saat pembinaan Tunas Hijau

Misalnya yang disampaikan oleh Tomi Ferdiansyah yang telah mengetahui manfaat lubang resapan tersebut. “Lubang tersebut bisa diisi sampah organik untuk diolah menjadi pupuk,” ucap Tomi. Tomi mengaku mengetahui tentang biopori tersebut karena mengikuti workshop yang dilaksanakan sekolah lain yang telah lebih dahulu mencoba. “Saya tahu manfaat dari workshop yang dilaksanakan SD lain yang telah mencoba lebih dahulu,” jelas Tomi. Alhasil, mereka pun cukup mampu untuk langsung mencoba membuat lubang resapan di halaman mereka.

“Kami cukup senang bisa membuat lubang biopori di sini, karena ini adalah pengalaman baru buat saya,” tutur Afandi Sanjaya, siswa kelas 5. Fandi yang baru mencoba membuat lubang resapan nampak bersemangat untuk membantu teman-temannya. Seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya, mereka bekerjasama dengan membagi tugas tiap kelompok. Namun mereka nampak lebih siap karena sudah mendapatkan pembelajaran tentang lubang resapan saat pelajaran lingkungan. “Kami sebenarnya sudah mendapatkan pembelajaran tentang biopori namun belum pernah mencobanya,” jelas Afandi.

Hal senada juga disampaikan guru SDN Made 2 Nurchoiriah Fitri. Dia menjelaskan pernah memberikan materi tentang lubang resapan beberapa waktu lalu namun hanya sebatas teori. “Saya pernah memberikan materi tentang biopori kepada siswa saya, namun saya belum pernah mencoba membuatnya,” tutur Fitri sapaan akrabnya. Dia bahkan belum mengetahui bentuk biopori seperti yang dibuatnya tadi. “Ini pelajaran baru bagi saya, saya memang pernah mengajarkan pada siswa saya namun baru kali ini saya membuatnya jadi saya sangat senang,” imbuh Fitri di akhir pembinaan. (ali)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *