Lubang Resapan SDN Penjaringan Sari II Dibuat Menyiasati Genangan Air Hujan

Surabaya- Hujan seringkali menyisakan genangan air, genangan air ini disebabkan oleh buruknya kualitas saluran pematusan dan rendahnya daya serap tanah karena tertutupnya permukaan. Selain perbaikan saluran, upaya lain yang dapat dilakukan adalah memperbesar daya serap air dengan pembuatan lubang resapan (biopori) lokasi-lokasi yang sering tergenang air. 

Siswa SDN Penjaringan Sari II bekerja sama membuat lubang resapan di sekolah

Sejatinya, biopori dapat  dapat terbentuk secara alami. Hal ini sering ditemui pada lantai tanah yang memiliki tumpukan bahan organik di permukaannya. Tumpukan bahan organik ini memancing berbagai fauna untuk berkembang biak yang berakibat pada terbentuknya lubang biopori. Cacing adalah salah satu dari berbagai hewan tanah yang mudah ditemui, dimana aktifitasnya mampu menimbulkan lubang biopori.

Paparan tentang manfaat lubang resapan tersebut disampaikan oleh Bambang Soeryadi, aktivis Tunas Hijau dalam pelaksanaan pembinaan Gerakan Sejuta Lubang Resapan Untuk Surabaya yang dilaksanakan di SDN Penjaringan Sari II, Sabtu (26/5). Di hadapan 30 siswa yang mengikuti pembinaan tersebut, Bambang mengungkapkan bahwa pembuatan lubang resapan dapat memberikan manfaat ganda.

Selain sebagai media resapan air, lubang ini juga mampu digunakan sebagai media pengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. “Aneka sampah organik yang dimasukkan dalam lubang resapan biopori akan memancing hewan-hewan tanah untuk beraktiftas di dalamnya. Hewan-hewan ini akan mempercepat penguraian sampah organik menjadi pupuk kompos,” papar Bambang kepada peserta.

Dalam sesi lanjutan, peserta juga diajak untuk kembali melaksanakan praktek pembuatan lubang resapan. Tidak sekedar membuat, siswa juga diajak untuk menentukan titik-titik lokasi pengeboran dimana biasanya terdapat genangan air hujan. Puluhan siswa ini segera terlihat berhimpun dalam tiga kelompok. Setiap kelompoknya mendapatkan satu alat bor untuk membuat lubang resapan.

Beberapa kendala ditemui oleh anak-anak ini dalam pembuatan lubang resapan. Diantaranya, lapisan tanah keras. Hal ini diungkapkan Hanif Alfath, siswa kelas 4, yang tergabung salam kelompok satu. Hanif menjelaskan bahwa titik pengeboran lubang resapan yang dipilih oleh kelompoknya adalah tanah berbatu hingga diperlukan linggis untuk memecah batu-batu tersebut.

Beberapa siswa putri juga nampak melakukan aksi pengumpulan sampah-sampah daun yang akan digunakan sebagai bahan organik pengisi lubang resapan yang dibuat. Elisa Agana Omega Putri, siswa kelas 5 ini terlihat berlari kesana-kemari untuk mengumpulkan sampah daun yang banyak berserakan di halaman sekolah.

Sementara itu, Riyanik, guru yang mendampingi siswanya selama kegiatan menuturkan bahwa dirinya sangat senang karena atas pelaksanaan kegiatan ini. “Selama ini sekolah kami belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang lingkungan hidup. Kegiatan bersama teman-teman Tunas Hijau ini merupakan yang pertama kali dilakukan di sekolah kami,” ungkap Riyanik. Riyanik berharap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat mampu memberikan pengetahuan baru bagi anak-anak, dan juga sebagai pendorong untuk menciptakan sekolah berbudaya ramah lingkungan. (bams)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *