Sekolah-Sekolah Laskar Mangrove Generasi Tunas Hijau
Surabaya- Sedikit cerita memprihatinkan pada pelaksanaan kegiatan penanaman mangrove untuk memperingati HUT Kota Surabaya ke-719 dan hari lingkungan hidup sedunia di tanggul Avour Sungai Wonorejo, Minggu (27/5). Dari ratusan peserta yang hadir, tidak semuanya terlibat langsung melakukan penananaman.
Banyak diantaranya yang hanya duduk-duduk. Bahkan tanpa rasa sungkan sedikitpun langsung beranjak pulang begitu acara pembukaan selesai. Lebih parah lagi, banyak yang hanya berfoto-foto ria diantara spanduk-spanduk kegiatan yang banyak bertebaran di sepanjang lokasi kegiatan.
Beruntunglah Tunas Hijau, fenomena langsung kabur dan berfoto-foto ria yang sudah menjadi rahasia umum tidak terjadi pada sekolah-sekolah yang secara khusus dilibatkan dalam kegiatan tanam mangrove ini. Dua belas sekolah SMP dan SMA Surabaya, yaitu SMKN 10, SMKN 2, SMAN 21, SMAN 8, SMAN 5, SMAN 16, SMA Trimurti, SMPN 16, SMPN 21, SMPN 23, SMPN 30 dan SMPK Stanislaus I yang hadir memenuhi undangan Tunas Hijau terlihat sangat all out dalam melakukan penanaman mangrove di tanggul Avour Sungai Wonorejo sepanjang 2,5 kilometer yang menjadi tanggung jawab Tunas hijau.
Meskipun area penanaman Tunas Hijau terbilang sulit, karena terletak di tanggul sisi seberang sungai, sementara tidak ada jembatan untuk menuju tanggul lokasi penanaman. Untuk menuju lokasi penanaman ratusan siswa ini harus antri dan secara bergantian menyeberang dengan menggunakan empat buah perahu milik Forum Kemitraan Polisi Masyarakat – FKPM Rungkut dan Kelompok Petani Mangrove Bintang Timur.
Seperti yang dilakukan oleh SMP Stanislaus I, sekolah jawara Surabaya Eco School 2011 dan Energy Challenge 2012, ini benar-benar melakukan penanaman dengan hati. Rombongan sekolah yang terdiri dari tujuh siswa dan delapan guru ini langsung menuju dermaga penyeberangan dan langsung melakukan penanaman meskipun upacara pembukaan belum dimulai dan ratusan peserta yang lain masih duduk-duduk menunggu Walikota Surabaya Tri Rismaharini membuka acara.
Aksi ini langsung menular ke sekolah yang lainnya. Meskipun kegiatan belum dibuka dan dimulai karena menunggu kedatangan walikota, ratusan siswa ini sudah mendahului dengan langsung melakukan penanaman. Lokasi penanaman di bibir yang berlumpur pekat khas endapan muara sungai inipun harus disiasati. Satu bibit mangrove yang ditanam di lokasi ideal yaitu di batas pasang surut sungai harus dilakukan minimal oleh dua orang.
Satu orang bertugas turun hingga ke tanggul sungai hingga kedua kaki masuk ke dalam lumpur hingga lutut. Sedangkan yang lainnya bertugas memberikan bibit yang akan ditanam beserta bambu penyangga. Untuk berpindah lokasi penanaman pun harus dilakukan dua orang.
Untuk keluar dari pekatnya lumpur setinggi lutut harus dengan ditarik oleh rekan yang lainnya. Seperti itulah aksi penanaman yang dilakukan SMPK Stanislaus I dan sekolah yang lainnya bersama Tunas Hijau. Tak ayal lagi, dengan menanam seperti ini, ratusan siswa ini harus berjibaku dengan lumpur. Tak jarang diantara mereka terlihat terbalut lumpur di seluruh tubuhnya.
Kesungguhan mengikuti aksi tanam mangrove ini juga ditunjukkan oleh SMAN 16. Untuk aksi tanam mangrove ini, SMAN 16 sudah melakukan persiapan dengan matang yang tidak dilakukan sekolah lainnya. Diantaranya dengan membawa konsumsi sendiri dari sekolah. Hal ini dilakukan mengingat durasi kegiatan yang lumayan panjang. (geng)