Ada Lubang Resapan, Air Hujan Tidak Lagi Menggenang Di SDN Kendangsari IV

Surabaya- Upaya Erlina Widya Putri, siswa kelas 5B SDN Kendangsari IV, patut kita acungi jempol. Bersama teman-temannya, Erlina melakukan pengeboran untuk membuat lubang resapan biopori. Lubang resapan yang dibuat erlina bersama teman-temannya ini untuk menambah lubang resapan biopori yang telah ada sebelumnya. Lokasi pembuatan lubang resapan biopori kali berada di depan taman sekolah. 

Salah satu lubang resapan di SDN Kendangsari IV

Aktifitas pembuatan lubang resapan ini terlihat pada saat pelaksanaan pembinaan ketiga Gerakan Sejuta Lubang Resapan Untuk Surabaya “seri Sekolah Dasar” yang dilaksanakan di SDN Kendangsari IV Surabaya, Jumat (8/0). Gerakan peduli lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Perusahaan Gas Negara dan Pemerintah Kota Surabaya ini bertujuan untuk menyosialisasikan pencegahan banjir dan pengolahan sampah organik menjadi kompos.

Saifullah, aktivis Tunas Hijau, mengungkapkan bahwa selain untuk sekolah dasar, program ini juga dilaksanakan untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK). “Monitoring ini adalah tindak lanjut dari pembinaan sebelumnya,” ungkap Saifullah.

Selain membuat lubang resapan biopori, anak-anak ini juga melakukan pemasangan beberapa karya tulis tentang manfaat  lubang resapan  di mading  sekolah. Retno Wulandari, siswa kelas VB, menuturkan bahwa pemasangan karya tulis ini bertujuan agar semua warga sekolah memahami tentang fungsi lubang resapan yang dibuat di sekolah. “Kalau ada yang tanya tentang lubang resapan, ya tinggal suruh baca mading saja,” ungkap Retno dengan entengnya.

Keberadaan lubang resapan biopori di SDN Kendangsari IV ini mulai dirasakan manfaatnya. Sebelumnya, seringkali terlihat air menggenang di halaman sekolah seusai turun hujan. Namun sejak adanya lubang respan ini, genangan air lebih cepat menghilang. Hal ini diungkapkan Ida Handayani, guru kelas V. “Kami akan membentuk tim yang terdiri dari kelas 4 dan 5 yang akan bertanggung jawab untuk merawat dan mengisi lubang resapan tersebut dengan sampah organik untuk dijadikan kompos,” tutur Ida Handayani.

Ida Handayani juga mengungkapkan  bahwa aktifitas untuk membuat lubang resapan biopori ini akan terus dilanjutkan untuk menambah jumlah lubang resapan biopori yang ada. Penambahan ini dilakukan dengan tetap mengikutsertakan peran anak-anak. (jeng)