Climate Change Goes To SDN Dukuh Menanggal I

Surabaya- Perubahan iklim yang terjadi saat ini juga dirasakan oleh warga Surabaya. Perubahan iklim yang paling menyolok adalah berubahnya siklus pergantian musim. Jika beberapa tahun yang lalu di Indonesia 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan berikutnya adalah musim penghujan, maka saat ini siklus tersebut mengalami kekacauan. 

Aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino menjelaskan perubahan iklim kepada siswa SDN Dukuh Menanggal I

Bulan juni yang sejatinya masuk dalam musim kemarau, nyatanya beberapa hari terakhir malah Surabaya diguyur hujan lebat. Salah satu penyebab perubahan iklim tersebut berasal dari sektor transportasi. Semakin lama, jumlah kendaraan semakin banyak. Akibat pembuangan CO2 oleh kendaraan bermotor, semakin menambah parah pemanasan global yang berujung pada perubahan musim.

Tema transportasi menjadi pokok bahasan yang menarik di kalangan tim kader lingkungan SDN Dukuh Menanggal I saat pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Senin (18/5). Sekolah yang berada di kawasan Gayungan ini sejatinya tidak memiliki lahan parkir. Oleh karenanya, kepala sekolah menganjurkan para murid untuk memarkir sepeda pancal di depan pagar SDN Dukuh Menanggal II dengan dijaga oleh seorang satpam. Karena terbatasnya lahan di depan sekolah, Rurun Werdiani menganjurkan para murid untuk mengutamakan jalan kaki ke sekolah. Hal tersebut tentu saja dapat memperlambat laju perubahan iklim. Hanya sebagian kecil murid saja yang diantar-jemput oleh orang tua, sekalian dengan waktu berangkat kerja.

Untuk memancing keberanian berbicara para siswa, Tunas Hijau meminta agar dapat mengampanyekan pentingnya menservis kendaraan bermotor secara berkala kepada para orang tua yang sedang mengantar atau menjemput putra-putrinya di sekolah. Setelah mengumpulkan segenap keberanian, Okaviana Dwi Anggraini, siswi kelas 4, segera menghampiri Surono yang kala itu sedang menjemput sang putra yang duduk di kelas 2. “Permisi, Pak. Saya mau menyampaikan pesan lingkungan. Kalau motornya mengeluarkan asap, harus diservis agar tidak mengeluarkan polusi,” kata Surono. Untuk kelas 3, kampanye tersebut dilakukan oleh 2 orang. (ella)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *