Sementara Siswa Libur Sekolah, Guru Bertugas Merawat Urban Farming

Kiat SD Kreatif An Nur menyiasati datangnya libur panjang akhir tahun ajaran

Guru-guru SD An Nuur Surabaya melakukan perawatan tanaman urban farming di sekolah

Surabaya- Tugas seorang guru tidak hanya sebatas mengajar selama jam pelajaran saja. Lebih dari itu, seorang guru juga dituntut untuk dapat  memotivasi dan menjaga semangat anak didiknya untuk belajar. Itulah gambaran aktifitas yang menjadi kewajiban  bagi guru-guru di SD Kreatif An Nur Surabaya dalam melaksanakan program pembelajaran lingkungan hidup kreatif pertanian perkotaan lahan sempit (urban farming). 

Peran guru sangat diperlukan selama libur panjang akhir tahun ajaran, terutama untuk menggantikan perawatan tanaman sawi dan terong yang biasanya dilakukan anak-anak. Lewat program yang diselenggarakan bekerjasama dengan Tunas Hijau Indonesia ini, anak-anak dikenalkan pada upaya pemanfaatan lahan melalui pembelajaran bercocok tanam organik.

Seperti yang dilakukan oleh Dyah Yuliawati, guru olahraga, dengan telaten melakukan perawatan terhadap puluhan polibag tanaman sawi dan terong yang ditanam anak didiknya beberapa minggu sebelumnya. Memasuki musim liburan panjang akhir tahun ajaran ini, Dyah dan beberapa rekan guru lainnya harus melakukan perawatan tanaman, diantaranya penyiraman dan penyiangan rumput yang tumbuh.

Dyah mengungkapkan bahwa sebenarnya tanggung jawab utama perawatan ada di siswa. Siswa harus melakukan penyiraman setiap dua hari sekali. “Namanya anak–anak, kadang mereka lupa untuk menyiram meskipun sudah diingatkan,” ungkap Dyah ketika ditanya alasan perawatan tanaman yang dilakukannya.

Hal senada juga ungkapkan oleh Isniati, guru kelas I, bahwa sudah menjadi tugas guru untuk membantu anak didiknya agar mereka mendapatkan manfaat maksimal dari proses pembelajaran. “Saya yakin, anak-anak akan semakin bersemangat untuk belajar bercocok tanam organik memanfaatkan lahan kosong ketika guru-guru mereka juga ikut belajar bersama mereka,” papar Isniati. Seperti Isniati, guru kelas tak segan-segan merawat tanaman anak didiknya, misalnya menambahkan tanah yang kedalam polibag dan mengubah letak tanaman agar terkena sinar mahatari seperti yang dilakukan hari ini.

Dalam kesempatan yang sama, Noor Hikmah, ketua pelaksana pembelajaran lingkungan hidup kreatif, mengungkapkan bahwa pembelajaran ini bukan berorientasi pada banyaknya hasil bercocok tanam, tapi lebih pada berorientasi pada proses pembentukan karakter anak. Noor Hikmah mengatakan bahwa dengan kegiatan bercocok tanam ini anak diajak untuk belajar bertanggung jawab dan berdisiplin untuk merawat tanaman mereka masing-masing. (geng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *