Tanya Jawab Warnai Monitoring Lubang Resapan di SDN Klampis Ngasem I
Surabaya- Tujuan utama menciptakan sekolah hijau bukanlah semata-mata demi mencari kemenangan dalam lomba. Lebih dari itu, tujuan utamanya adalah bagaimana kita semua dapat belajar melestarikan lingkungan hidup. Paparan tersebut disampaikan oleh M. Nafich, kepala SDN Klampis Ngasem I, kepada sekitar 30 siswa saat memberikan sambutan dalam kegiatan monitoring Gerakan Sejuta Lubang Resapan Untuk Surabaya “seri Sekolah Dasar” di SDN Klampis Ngasem I, Selasa (12/6).
Gerakan ini merupakan gerakan peduli lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama dengan Perusahaan Gas Negara dengan didukung Pemerintah Kota Surabaya. Program ini bertujuan untuk menyosialisasikan pencegahan banjir dan pengolahan sampah organik menjadi kompos di kalangan warga sekolah dasar di Surabaya.
Pelaksanaan monitoring ini diisi dengan tanya jawab antara aktivis Tunas Hijau dan siswa SDN Klampis Ngasem I. Seperti yang dilakukan Saifullah, aktivis Tunas Hijau, yang menanyakan kepada siswa tentang cara-cara penggunaan lubang resapan biopori. “Ayo, siapa yang tahu manfaat lubang esapan biopori? Yang tahu angkat tangan,” teriak Saifullah. Segera saja, kesempatan yang diberikan disambut dengan angkat tangan dan pertanyaan yang diberikan oleh siswa. Menurut Saifullah, tanya jawab ini untuk mengetahui pemahaman siswa tentang lubang resapan.
Aktifitas lain yang dilaksanakan selama monitoring adalah pembuatan lubang resapan baru. Pembuatan lubang resapan baru ini untuk menambah jumlah lubang resapan yang telah ada sebelumnya. Pembuatan lubang resapan baru ini dilakukan oleh siswa secara bergotong-royong. Lokasi pengeboran sendiri terletak tidak jauh dari lubang resapan sebelumnya.
Sementara siswa putra sibuk mengebor tanah, beberapa siswa putri terlihat sibuk mencari sampah organik dedaunan yang berserakan di halaman. Seperti yang dilakukan Nabila Widya Putri bersama teman-temannya, mereka kompak untuk mengumpulkan sampah organik daun-daun kering dan rumput yang ada di halaman untuk dimasukan ke dalam lubang resapan yang telah dibuat. “Itu sampah plastiknya jangan ikut dimasukan dalam lubang ya,” cetus Nabila. Tak mau kalah dengan siswa putra, Nabila bahkan ikut membuat lubang resapan.
Anis Dhofir, guru yang ikut mendampingi pelaksanaan kegiatan, mengungkapkan bahwa tanah yang dijadikan lokasi pembuatan lubang resapan merupakan bekas paving yang diuruk tanah sirtu, sehingga cukup menyulitkan saat melakukan pengeboran lubang. “Kalau saja anak-anak tidak mengalami hambatan, mungkin sudah banyak lubang yang mereka buat,“ kata Anis yang akrab dipanggil Helmi itu. (bam)