Gerakan Lubang Resapan Sekolah-Sekolah Malang

Surabaya- Mumtaza Noor Ashila dan Muhammad Jibran Averusy, keduanya siswa SMAN 3 Kota Malang dan Hilmy Rasyad, siswa SMPN 3 Kota Malang, terlihat penuh tenaga mendorong badan alat bor lubang resapan biopori kedalam tanah taman di SMA Negeri 3 Malang. Ketiga remaja tersebut mengawali gerakan sejuta lubang resapan untuk sekolah-sekolah di kota Malang yang akan diselenggarakan Tunas Hijau sekaligus sebagai bahan mereka untuk berbagi cara mengolah sampah organik menjadi kompos.

Jibran, Mumtaza dan Hilmy menerapkan pembuatan lubang resapan di taman luar SMAN 3 Kota Malang

Pembuatan lubang biopori yang mengambil lokasi di luar sekolah ini bukan tanpa alasan, melainkan karena sedikitnya lahan kosong berupa tanah yang dimiliki oleh sekolah yang beralamat di Jalan Sultan Agung ini. Mumtaza menjelaskan bahwa berbagi pengetahuan dan mengajak teman-temannya untuk peduli lingkungan menjadi latar belakang aksi nyata yang dilakukan di sekolah. “Saya ingin berbagi pengetahuan tentang fungsi lubang resapan kepada teman-teman. Dan mengajak mereka lebih peduli lingkungan lagi melalui lubang resapan ini,” terang Taza, siswa kelas 11 IPA 4.

Pembekalan lubang resapan biopori pun singkat dilakukan aktivis Tunas Hijau Anggriyan kepada mereka. Anggriyan menuturkan bahwa lubang resapan ini berfungsi sebagai penangkap air hujan agar tidak terjadi banjir atau menggenang. ”Selain itu juga bisa untuk pupuk kompos,” ucap Anggriyan. Secara bergantian Mumtaza, Muhammad Jibran dan Hilmy mengebor tanah taman di luar sekolah sebagai proyek pertama mereka.

Sebanyak 3 lubangpun berhasil mereka buat dalam waktu kurang dari 1 jam. Tanpa menunggu lama, merekapun langsung mencari daun-daun kering untuk dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori yang baru saja mereka buat. “Kami ingin menjadikan biopori disini sebagai media pengolah sampah organik menjadi kompos,” ucap Jibran.

Menggalakkan kegiatan lingkungan di sekolah menjadi motivasi terbesar Taza dan Jibran dalam mengajak teman-temannya peduli lingkungan. “Selama ini, sebenarnya pendidikan lingkungan hidup sudah ada di sekolah, tetapi minim aksi nyata. Nah, kami ingin menjadi orang pertama yang menyuarakan peduli lingkungan melalui aksi nyata dan mendirikan sebuah komunitas pecinta lingkungan di sekolah kami,” tutur Taza yang juga Runner Up Puteri Lingkungan Hidup 2008 Malang.

Nada yang sama disampaikan Muhammad Jibran bahwa tidak sulit baginya untuk menyosialisasikan program biopori ini kepada teman-temannya. ”Biopori ini merupakan proyek lingkungan hidup saya ketika mengikuti ajang pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Malang 2009. Jadi sedikit banyak hal tersebut bisa membantu saya mengajak mereka,” jelas Jibran siswa kelas 11 IPA6.

Program pembuatan biopori yang mereka galakkan tidak serta merta berjalan dengan mulus. Beberapa kendala muncul dari pihak sekolah. Diantaranya kurangnya dukungan dari sekolah. Namun hal tersebut tidak membuat semangat Taza dan Jibran goyah. “Justru karena adanya kendala tersebut menjadi motivasi buat kami untuk memperjuangkan program lubang resapan biopori ini,” kata Jibran dengan semangat tinggi.

Sementara itu kehadiran Hilmy Rasyad, siswa kelas 3 SMPN 3 Malang yang juga adik kandung Taza ini mampu meringankan beban mereka dalam membuat lubang biopori di taman luar sekolah tersebut. Dengan penuh keyakinan mereka berencana untuk lebih menggiatkan lagi program biopori ini dengan berbagai. Diantaranya dengan sosialisasi kepada teman-teman mereka secara kelompok-kelompok kecil. “Dengan cara itu kami optimis bisa menggandeng lebih banyak teman lagi, karena lebih efektif sedikit demi sedikit dulu. Apalagi mereka dalah orang-orang terdekat,” celetuk Hilmy. (ryan)